Dari Sepiring Porsi MBG, Tumbuh Ekonomi Lokal di Lumajang

Iki Radio - Di balik aroma sedap yang mengepul dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Lumajang, tersimpan kisah tentang bangkitnya ekonomi warga lokal. Dapur ini bukan sekadar tempat memasak makanan untuk anak-anak penerima Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), tetapi juga menjadi jantung penggerak ekonomi rakyat yang menghubungkan petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil.

Pelaku usaha sayuran hidroponik di Kecamatan Kedungjajang kebanjiran orderan dari dapur umum.

Salah satu yang merasakan dampak langsung dari program ini adalah Arif Hermawan, petani milenial asal Kecamatan Kedungjajang. Ia mengembangkan pertanian hidroponik dan selama ini memasok hasil panennya ke sejumlah pelaku kuliner di Lumajang. Sejak hadirnya SPPG, peluang usahanya semakin terbuka lebar.

“Sekarang saya ikut menyuplai sekitar 30 kilogram sayuran setiap minggu ke SPPG Klakah. Kebutuhannya untuk menu makanan siswa penerima MBG,” ujarnya dengan senyum puas, Kamis (9/10/2025).

Kepastian permintaan dari dapur SPPG membuat Arif menata ulang strategi tanamnya. Ia kini membagi pola panen agar suplai sayur tetap stabil setiap pekan tidak hanya untuk SPPG, tetapi juga untuk pelanggan lamanya.

“Kami atur pola tanam supaya bisa panen setiap minggu. Jadi semua konsumen bisa terpenuhi tanpa ada yang terlewat,” tambahnya.

Dari luar, aktivitas dapur SPPG mungkin tampak sederhana: memasak, mengemas, dan mendistribusikan makanan. Namun di balik itu, ada denyut ekonomi yang terus berputar. Setiap porsi makanan yang disajikan bukan sekadar program sosial, tetapi juga hasil kerja sama lintas sektor antara petani, nelayan, dan pelaku UMKM penyedia bahan baku.

Lebih dari sekadar dapur gizi, SPPG kini menjadi ruang pemberdayaan ekonomi lokal. Di titik ini, konsep pembangunan inklusif Kabupaten Lumajang menemukan bentuk nyatanya: ketika kesejahteraan tidak hanya disajikan di meja makan anak-anak sekolah, tetapi juga ditanam di ladang warga.

Bagi Arif, program ini bukan sekadar peluang bisnis, tetapi sebuah ekosistem gotong royong modern.

“Kami jadi lebih semangat menjaga kualitas panen, karena hasil tani kami ikut memberi gizi untuk anak-anak Lumajang,” ujarnya.

Dengan rantai suplai yang semakin terarah, para pelaku usaha lokal kini memiliki kepastian pasar. Tak ada lagi hasil tani yang terbuang. Semua terserap dalam sistem yang saling menguatkan: dapur SPPG menjadi pusat konsumsi, petani menjadi penyedia, dan masyarakat menjadi penerima manfaat.

Inovasi yang dihadirkan melalui SPPG menunjukkan bahwa pembangunan sumber daya manusia tidak bisa dipisahkan dari penguatan ekonomi akar rumput.

Melalui satu piring makanan bergizi, tumbuh harapan baru bagi masyarakat Lumajang: bahwa gizi dan ekonomi dapat berjalan seiring, saling menguatkan dalam semangat gotong royong khas Lumajang.

Program ini juga menjadi bukti nyata bagaimana kebijakan berbasis kesejahteraan dan pemberdayaan mampu menciptakan dampak berantai menyehatkan anak, memberdayakan petani, dan menggerakkan roda ekonomi lokal secara berkelanjutan.

close
Pasang Iklan Disini