Iki Terbaru/Paling Greeess

Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Mensos : Masa Orientasi Siswa Sekolah Rakyat 15 Hari

Iki Radio - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan, masa pengenalan atau orientasi siswa Sekolah Rakyat membutuhkan waktu sekitar 15 hari, lebih lama dari sekolah-sekolah umum  karena seluruh tenaga kependidikan dan siswa benar-benar baru.

Hal tersebut disampaikan Gus Ipul, melalui keterangan resmi,  saat peresmian Sekolah Rakyat Menengah Pertama di Kawasan Sentra Terpadu Inten Soewono, Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (14/7/2025).

"Kalau di sekolah umum yang melakukan pengenalan itu kan hanya murid baru, kalau ini semua baru. Kepala sekolahnya baru, gurunya baru, kemudian juga siswanya baru, tenaga kependidikan yang lain juga baru. Oleh karena itu, waktu kita lebih lama. Mungkin kalau yang umum itu hanya lima hari, kita bisa 15 hari atau dua minggu," kata Gus Ipul.

Gus Ipul mengatakan, setelah orientasi, siswa baru akan memasuki masa matrikulasi karena tidak ada tes akademik. Pada tahap itu, para siswa akan mendapatkan sosialisasi tentang proses pembelajaran.

"Karena tidak ada tes akademik, anak-anak nanti akan melakukan sosialisasi dan adaptasi proses pembelajaran. Setelah nanti pemahamannya semua sama, maka proses belajar-mengajarnya dimulai. Kurikulumnya sama seperti kurikulum formal, ada pendidikan karakter, ada juga keterampilan, dan lain-lainnya sama," ujarnya.

Mensos  menegaskan, untuk memastikan tidak ada perundungan atau bullying, Kemensos telah bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

"Tidak ada bullying. Harus dihindari, harus dimitigasi, jangan sampai ada bullying, tidak ada kekerasan seksual, tidak ada intoleransi. Nah dalam keperluannya, kita kerja sama dengan Kementerian PPPA juga dengan KPAI, kemudian juga dengan beberapa lagi lembaga untuk memitigasi agar itu tidak terjadi dengan mekanisme, prosedur, dan mungkin nanti juga dengan teknologi," tuturnya.

Sekolah Rakyat digagas oleh Presiden Prabowo Subianto dengan tujuan untuk menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, mengacu pada Desil 1 dan 2 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

Program ini menjadi langkah strategis pemerintah untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan. Sekolah dengan konsep berasrama ini bersifat gratis, mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA.

Seluruh siswa akan mengikuti pelajaran formal di siang hari, dan mendapat penguatan pendidikan karakter pada malam hari. Nilai-nilai agama, kepemimpinan, hingga keterampilan hidup menjadi bagian penting dari kurikulum.

Sistem pembelajaran yang digunakan di Sekolah Rakyat mengadopsi fitur Learning Management System dan mengintegrasikannya dengan modul pembelajaran digital sehingga bisa menjangkau anak-anak di wilayah terpencil, dan area-area lain yang selama ini luput dari akses pendidikan berkualitas.(infopublik.id)

Hari Pertama Masuk, Tamsa Ajak Seluruh Siswa Peduli Kebersihan

Iki Radio - Penanaman budaya bersih, menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Taman (Tamsa) Kota Madiun, pada hari pertama masuk sekolah, Senin (14/07/2025).

Siswa kelas 1 mengambil sampah yang ada disekitar sekolahnya sebagai salah satu kegiatan dalam pelaksanaan MPLS di SDN 01 Taman Kota Madiun, Senin 14 Juli 2025

Penanaman sikap kepedulian para siswa, baik siswa baru kelas 1, hingga kelas 6, menjadi awal pembiasaan bagi siswa, pada tahun ajaran 2025/2026 ini.


"Kalau semuanya bersih, lingkungan sekolah bersih, anak anak akan dapat belajar dengan nyaman, " kata Sukanan, Kepala SDN 01 Taman Kota Madiun, didepan ratusan siswa saat membuka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Senin.


Pada MPLS tahun ini, pemerintah menekankan pelaksanaan MPLS Ramah 2025. Yakni penekanan pada pentingnya suasana sekolah yang aman, nyaman, dan inklusif.


Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan bagi para siswa. Inisiatif ini juga bertujuan untuk memperkuat karakter siswa.


"Ini (kebersihan) merupakan tanggung jawab kita bersama, bukan hanya yang kelas 1 tetapi seluruh siswa dan warga sekolah," lanjutnya.


Kepala SDN 01 Taman Kota Madiun saat memberikan pengarahan di halaman sekolah, Senin 14 Juli 2025

Setelah diberikan arahan, seluruh siswa dari kelas 1 hingga kelas 6, dengan didampingi guru kelasnya masing masing, terlihat langsung menyebar diseluruh area sekolah.


Mereka mengambil sampah yang ada di dalam lingkungan sekolahnya, kemudian membuang sampat itu pada tempat sampah yang disediakan.


"Bukan hanya saat MPLS, namun diharapkan akan muncul kepedulian seluruh warga sekolah, untuk menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman, dan inklusif," pungkasnya.

6 Fakta Avan Ferdiansyah, Anak Penjual Es di Ponorogo yang Rumahnya Penuh Piala

Iki Radio - Nama Avan Ferdiansyah Hilmi (19) belakangan jadi buah bibir. Sosok pemuda asal Kelurahan Mankujayan, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, itu viral setelah prestasinya terungkap.

Avan siswa SMA N 1 Ponorogo yang berhasil menjadi mahasiswa ITB melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Kedua orang tua Avan hanya berjualan minuman dingin dan es kocok keliling, namun dari prestasi akademisi Avan memiliki lebih dari 100 piala kejuaraan dari SD hingga SMA dengan mengikuti sejumnlah lomba termasuk lomba olimpiade kebumian di ITB.© KOMPAS.COM/SUKOCO

Sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga menamatkan SMA di SMAN 1 Ponorogo, Avan telah mengoleksi lebih dari 100 piala dan penghargaan.

Avan kemudian semakin menjadi sorotan setelah berhasil diterima di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

1. Sudah ikut lomba sejak TK

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (9/7/2025), Umi Latifah selaku ibunda Avan menceritakan bahwa banyak piala dan trofi dikumpulkan putranya sejak TK.

Di rumahnya yang sederhana, ada lemari kayu menempel di dinding ruang tamu berukuran 3x4 meter. Lemari itu sesak oleh ratusan piala yang disusun rapi di dalam maupun di atasnya.

Di ruangan yang sama, terdapat kasur dan meja kecil tempat Avan belajar. Sementara kursi tamu diletakkan mepet ke dinding depan karena keterbatasan ruang.

"Avan itu ikut lomba sejak sebelum masuk SD di salah satu mal di Madiun. Dan dia langsung jadi juara. Sejak saat itu kadang sebulan 2 kali dia ikut lomba dan pasti membawa pulang piala maupun trofi juara," ujar Umi.

Meski belum masuk sekolah dasar, Avan sudah pandai membaca dan berhitung dari kegemarannya mengamati gambar dan poster tentang abjad dan nomor.

Sejak bisa membaca, Avan hobi sekali membaca buku "Why", buku bergambar yang berisi pengetahuan dasar.

“Satu buku harganya bisa Rp 100.000. Karena suka membaca mau tidak mau kita belikan,” imbuh Umi Latifah.

Meski tergolong buku mahal, namun kedua orangtua Avan tetap mengupayakan agar putranya maju dalam ilmu pengetahuan.

"Avan memiliki kelebihan dalam memamahami ilmu pengetahuan dasar," ucap Umi.

Dari hal itu, Umi memberikan kebebasan kepada Avan untuk mengikuti berbagai perlombaan.


2. Tidak pernah dapat beasiswa dari pemda

Setelah berhasil membawa pulang lebih dari 100 trofi dan piala kejuaran, bahkan kejuaraan OSN tingkat nasional, tak sekalipun Avan mendapat beasiswa dari Pemda.

Eko Yulianto, sang ayah mengaku sering meminta keringanan biaya kepada pihak sekolah agar bisa meringankan biaya sekolah Avan.

Sebab, hasil dari berjualan es keliling yang dilakoninya tidak bisa menutup biaya pendidikan Avan.

“Enggak pernah dapat beasiswa untuk sekolah. Biasanya untuk meringankan biaya sekolah saya minta keringanan biaya ke sekolah. Umpama ada biaya urunan Rp 200.000, saya minta bayar separuhnya,” katanya.

Walaupun, tak pernah mendapat beasiswa dari pemerintah daerah, Eko bersyukur karena sejumlah yayasan sempat membantunya memenuhi kebutuhan sekolah anaknya, mulai dari seragam hingga buku pelajaran.

Namun, sejak Avan masuk SMA Negeri 1 Ponorogo, bantuan itu terhenti.

“Waktu SD dibantu PLN, SMP dibantu Baznas. Tapi masuk SMA, sama sekali tidak ada,” ujar Eko.

Ironisnya, meski tergolong keluarga prasejahtera, nama Eko Yudianto tak pernah tercatat dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Sampai saat ini pun keluarganya tak terdaftar sebagai peserta BPJS karena alasan perekonomian.

“Yang kita khawatirkan adalah kesehatan Avan kalau nanti kuliah keluar kota, karena dia tidak memiliki BPJS,” ujar Eko.


3. Jago matematika dan biologi

Berbekal hobi membaca buku ensiklopedi "Why" yang dilakoninya sejak SD, Avan jadi tertarik pada pelajaran Matematika.

Setiap ada lomba matematika, ia hampir selalu keluar sebagai juara utama. 

Tetapi, saat beranjak ke jenjang SMP, minatnya beralih ke pelajaran biologi karena ingin menjadi dokter.

“Biologi identik dengan jurusan kedokteran, jadi saya semangat mempelajarinya,” kata Avan.

Berkat deretan prestasi akademik dan piala kejuaraan, ia berhasil masuk ke SMP dan SMA Negeri 1 Ponorogo melalui jalur prestasi.


4. Sempat bercita-cita menjadi dokter

Saat mulai bersekolah di SMA, Avan mau tidak mau harus menghadapi kenyataan tentang kondisi ekonomi keluarganya. 

Orang tuanya hanya berjualan es kocok dan minuman ringan di alun-alun Ponorogo.

Ia pun sadar, kuliah kedokteran bukan pilihan realistis karena biaya yang tinggi.

Avan akhirnya memilih fokus pada ilmu bumi, bidang yang menurutnya mencakup pelajaran favoritnya seperti matematika, kimia, dan biologi.

Keputusannya makin bulat setelah meneliti bahwa ada alumni SMA-nya yang berhasil kuliah di ITB lewat jalur O2SN bidang ilmu bumi.

Sejak saat itu, Avan bertekad mengikuti jejak serupa demi meraih beasiswa ke kampus impiannya.

Sayangnya, keinginan untuk membawa pulang trofi juara dari Kampus ITB saat itu gagal.

Avan juga sempat patah semangat untuk meneruskan mimpinya berkuliah di ITB. 

Namun, pembinanya saat itu mendorong Avan untuk terus maju dan tak perlu memikirkan biaya. 


5. Masuk ITB jalur prestasi SNBP

Masih mantap dengan pilihannya, Avan pun mendaftarkan diri di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITK) ITB dalam jalur seleksi SNBP.

Untuk membuktikan keseriusannya, Avan belajar dengan sungguh-sungguh hingga tiba pengumuman kelulusan dirinya diterima di universitas impiannya itu.

Mengenai biaya kuliah, ia mengajukan keringanan ke ITB.

Berbekal surat keterangan tidak mampu karena tak terdaftar sebagai keluarga miskin di DTKS, Avan mendapat beasiswa.  

Usahanya kali ini disetujui oleh Paragon selaku penyedia beasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.

“Satu bulan setelah isi permohonan saya diterima. Satu bulan sejak mengisi saya disuruh ke Yogyakarta untuk menerima penyerahan secara simbolis," ucap Avan.

"Saya dapat nol rupiah sementara UKT pertama, tapi dapat nama. Tapi keputusan UKT realnya masih menunggu,” lanjut dia.


6. Pihak ITB heran, rumah Avan dikira toko piala

Tim dari ITB pun melakukan validasi pengajuan beasiswa siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu yang diajukan oleh Avan dengan mendatangi langsung rumahnya.

Saat mendatangi kediamannya, Avan mengaku dosen dari ITB sempat memvideokan keheranannya akan banyaknya piala kejuaraan yang dimiliki Avan. 

“Awalnya tidak tahu karena yang dibutuhkan itu melihat kondisi rumah dan pekerjaan orang tua, tapi mereka melihat piala ini kemudian viral di media sosial itu,” kata Avan.

“Itu serius piala? Kirain toko piala,” ujar suara salah satu dosen ITB yang menyambangi rumah Avan.

Avan mengaku saat ini bisa tersenyum lebar, setidaknya cita-citanya untuk kuliah di ITB bisa terwujud.(kompas)

Grand Opening Fakultas Kedokteran Untag Surabaya Siap Cetak Dokter Patriotik Unggul dalam Sistem Pernapasan

Iki Radio - Tiga tokoh nasional di bidang kesehatan, dr. Reisa Broto Asmoro, Prof. Dr.med. Puruhito, MD, FICS, FAMM, dan Prof. Dr. H. Dikman, dr., Sp.And., MARS. menjadi pemateri utama dalam Grand Opening Fakultas Kedokteran Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.

Ketiganya tampil sebagai narasumber dalam talkshow bertema ‘Patriot Merah Putih Mewujudkan Generasi Medis Penjaga Napas Bangsa’, yang menjadi rangkaian utama dalam peluncuran resmi fakultas kedokteran ke-8 di lingkungan Kampus Nasionalis ini.

dr. Reisa menyoroti pentingnya sistem pernapasan dalam pendidikan kedokteran, mengingat tingginya beban penyakit pernapasan di Indonesia, tuberkulosis yang menempati peringkat dua dunia, pneumonia sebagai penyebab utama kematian balita, dan polusi udara yang memperparah asma serta kanker paru. “Kita harus apresiasi lagi FK Untag Surabaya yang memang unggul dan fokusnya di bidang pernapasan,” ujarnya, dalam rilis Untag Surabaya, yang diterima Kamis(10/7/2025). 

dr. Reisa juga menekankan pentingnya komunikasi medis, yaitu kemampuan dokter menyampaikan informasi kesehatan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat. Sementara itu, Prof. Puruhito menegaskan bahwa dokter patriotik adalah semangat yang harus diusung dalam pendidikan kedokteran di Indonesia. Prof. Puruhito menekankan pentingnya kolaborasi antara teknologi kedokteran seperti AI, VR, stem cell, dan nanoteknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan pengabdian. “Dokter patriotik adalah semangat dokter dengan jiwa patriot merah putih yang diusung oleh Fakultas Kedokteran Untag Surabaya,” tegasnya.

Senada dengan hal itu, Prof. Dikman menekankan urgensi pendidikan dokter yang berbasis nilai dan karakter kebangsaan. Menurutnya, menjadi dokter tidak cukup hanya menguasai ilmu medis, namun juga harus memiliki dedikasi terhadap kemanusiaan dan pengabdian kepada bangsa. Ia menyampaikan bahwa FK Untag Surabaya hadir sebagai institusi yang menjembatani kecanggihan ilmu kedokteran dengan jiwa nasionalisme.

Peluncuran Fakultas Kedokteran Untag Surabaya digelar di Auditorium R. Soeparman Hadipranoto, Graha Wiyata Lantai 9, dengan mengusung tema ‘Patriot Merah Putih Mewujudkan Generasi Medis Penjaga Napas Bangsa’.  Pembukaan ini merupakan tindak lanjut dari terbitnya SK Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI No. 69/A/O/2024 tentang Izin Pembukaan Program Studi Kedokteran Program Sarjana dan Program Studi Pendidikan Profesi Dokter yang diselenggarakan oleh Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya.

Fakultas ini memiliki visi besar yakni Menjadi Fakultas Kedokteran yang Unggul Berbasis Nilai, Karakter Bangsa, dan Berjiwa Patriot, serta fokus pada ‘Kedokteran Pencegahan dengan Penekanan pada Penyakit Infeksi Sistem Pernapasan, khususnya Pneumonia’.

Dekan FK Untag Surabaya - Poerwadi, dr. Sp.B., Sp.BA., Subsp. DA (K), dalam sambutannya mengenang perjuangan tujuh tahun mendirikan fakultas ini. “Walaupun saya sudah berumur, umur saya sudah 76 tahun, tapi berkat semangat dari sesepuh saya Prof. Puruhito dan Prof. Dikman, saya masih bersedia untuk berdiri di sini, demi untuk nusa dan bangsa. Untuk mendidik dokter-dokter yang berjiwa nasionalis dan patriotik,” tegasnya.

Dekan FK Untag Surabaya ini juga mengenang pengalamannya sebagai dokter muda di Bungku, Sulawesi Tengah, yang membentuk karakter patriotiknya. “Saya sangat terpanggil dan menghayati Untag itu bagaimana, terlebih tentang pemaknaan PERTIWI. Saya akan mempertaruhkan nama saya demi kualitas ini,” tandasnya.

Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA., menyatakan bahwa pendirian FK merupakan bagian dari implementasi Catur Dharma Untag dengan penciri khusus patriotisme. “Semua fakultas di Untag Surabaya, termasuk FK yang baru ini, dididik menjadi patriotik-patriotik yang mendahulukan kepentingan bangsa,” jelasnya.

Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc., yang turut hadir, mengapresiasi perjuangan pendirian FK. “Setelah tujuh tahun perjuangan, akhirnya kampus nasionalis ini berhasil melahirkan Fakultas Kedokteran. Indonesia sangat membutuhkan dokter, dan kami bangga karena Jatim menjadi rumah dari FK yang tak hanya mencetak dokter kompeten tapi juga patriotik,” ujarnya.

Prosesi peluncuran ditandai dengan pemindaian tangan (hand scan) oleh Rektor, Ketua YPTA, Dekan FK, dan Wakil Gubernur Jatim. Acara dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata dan sambutan dari Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur, Prof. Dyah Sawitri, yang menyebut FK Untag sebagai kontribusi strategis. “FK ini menjadi aset strategis untuk pendidikan tinggi di Jatim karena riset yang dilakukan adalah riset yang berdampak,” ujarnya.

Acara juga dihadiri oleh jajaran struktural YPTA Surabaya, sivitas akademika, para kepala bagian dan TU, hingga guru dan siswa dari 30 SMA se-Jawa Timur, serta kepala puskesmas dari Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. (mad/hjr)

Menkomdigi Minta Industri Gim Lindungi Anak Dari Konten Kekerasan

Iki Radio - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan pentingnya perlindungan anak dalam ekosistem industri gim nasional seperti dengan menunda akses konten untuk pengguna di bawah umur, terutama gim dengan tingkat kekerasan atau adiktivitas tinggi.

“Kita ingin industri gim di Indonesia terus tumbuh secara sehat, tetapi pada saat yang sama, kami juga menerima banyak sekali keluhan dari para orang tua tentang konten-konten yang tidak sesuai untuk anak-anak,” ujar Meutya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu.

Hal itu disampaikan Meutya saat membuka forum Indonesian Woman In Game (IWIG) BeautyPlayConnect di Bandung, Sabtu (5/7), yang dihadiri para pengembang gim perempuan dari berbagai daerah.

Sebagai langkah konkret, lanjutnya, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak (PP TUNAS).

Regulasi ini mewajibkan setiap penyelenggara sistem elektronik (PSE), termasuk pengembang dan penerbit gim, untuk menerapkan klasifikasi usia secara ketat.

“Kami tidak melarang gim, tetapi kami menunda akses konten kepada pengguna yang belum cukup usia. Ini bukan soal sensor, tapi soal tanggung jawab bersama dalam menciptakan ruang digital yang aman dan sehat,” tambahnya.

Meutya mencontohkan bahwa gim dengan tingkat kekerasan atau adiktivitas tinggi hanya bisa diakses oleh pengguna berusia minimal 16 tahun dengan pendampingan orang tua, dan secara mandiri setelah usia 18 tahun.

Ia juga menekankan pentingnya penerapan sistem rating konten melalui Indonesia Game Rating System (IGRS). Sistem ini memberi acuan bagi orang tua, pemain, dan pelaku industri agar dapat mengenali konten yang sesuai usia dan tahapan perkembangan anak.

“IGRS bukan hanya alat bantu untuk orang tua, tapi juga pelindung bagi industri. Dengan menerapkan klasifikasi usia secara jujur, pengembang dan penerbit bisa menghindari risiko pelanggaran hukum,” jelas Meutya.

Ia menyatakan bahwa tuntutan terhadap industri gim untuk bertanggung jawab juga tengah menjadi tren global dan Indonesia perlu mempersiapkan regulasi yang adil dan tegas.

Dalam forum tersebut, Menkomdigi juga berkesempatan menjajal beberapa gim karya para pengembang perempuan.

“Saya senang melihat semakin banyak perempuan hadir sebagai pembuat teknologi, bukan sekadar pengguna,” katanya.(ANTARA)

Pemkot Kediri Gelorakan Semangat Juang Peserta Porseni Madrasah 2025

Iki Radio - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur menggelorakan semangat berjuang dalam gelaran Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Madrasah 2025 yang diikuti peserta tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) se-Jatim.

Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati mengemukakan semangat para atlet harus terus dijaga. Dalam persiapan kegiatan ini tentunya mereka telah berlatih dengan sungguh-sungguh.

"Semangat yang kalian bawa dari Kota Kediri ini harus terus dijaga sampai kompetisi selesai. Tetap yakin dan fokus dengan target kalian," katanya dalam kegiatan pelepasan Kontingen Kota Kediri MI, MTs, dan MA Jatim 2025 di Balai Kota Kediri, Sabtu.

Pihaknya meyakini dengan berbagai persiapan yang telah dilakukan merupakan ikhtiar untuk mengembalikan masa kejayaan Kota Kediri yang pernah menjadi juara umum, yakni pada Porseni Madrasah Jatim tahun 2015, tepatnya 10 tahun lalu.

Ia berharap dengan Porseni Madrasah 2025, kejayaan itu bisa diraih kembali. Dengan segala upaya yang telah dilakukan, para atlet bisa memberikan hasil yang optimal.

Wali Kota juga meminta seluruh atlet selalu menjaga fisik dan mempersiapkan mental dengan baik, menjunjung tinggi sportivitas, fair play, dan disiplin.

Ia memberikan semangat agar para atlet membuktikan semangat juara, menjaga kekompakan dan memberikan penampilan terbaik.

Menurut dia, tak kalah pentingnya untuk selalu berdoa dan memohon restu orang tua. Kepada para atlet sebagai perwakilan dari Kota Kediri juga diharapkan selalu menunjukkan bahwa orang Kediri itu ramah.

“Bersaudaralah dengan siapapun dan tambah teman sebanyak mungkin. Ini lebih dari sekadar kompetisi, namun juga meningkatkan karakter baik dalam pribadi kalian semua. Sejalan dengan tema Porseni Madrasah Jatim tahun ini, yakni Mewujudkan Generasi Madrasah yang Berprestasi, Berakhlak Mulia dan Berdaya Saing Global Melalui Olahraga dan Seni," kata dia.

Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Kediri A. Zamroni menambahkan jumlah Kontingen Kota Kediri sebanyak 306 orang, terdiri atas panitia, ofisial, dan atlet.

Untuk rinciannya, dari peserta MI (setingkat SD) sejumlah 90 orang terdiri atas 12 orang panitia, 34 orang ofisial, dan 44 orang atlet yang akan berlaga di delapan cabang olahraga dan delapan cabang seni.

Untuk MTs (setingkat SMP) sejumlah 115 orang, yang terdiri atas 14 orang panitia, 23 orang ofisial dan 78 orang atlet yang akan berlaga di delapan cabang olahraga dan sembilan cabang seni.

Sedangkan MA (setingkat SMA) sejumlah 101 orang, terdiri atas 19 orang panitia, 19 orang ofisial, dan 63 orang atlet yang akan berlaga di tujuh cabang olahraga dan sembilan cabang seni.

"Komitmen kami meraih prestasi terbaik untuk mendukung Kota Kediri yang 'Mapan'. Terima kasih Mbak Wali, karena kecintaannya hadir dan melepas seluruh Kontingen Porseni dari Kota Kediri. Terima kasih atas dukungannya kepada kami," kata dia.

Pada acara ini juga dilakukan unjuk gelar oleh Kontingen Kota Kediri, di antaranya Pildacil Bahasa Arab, menyanyi Islami dan pencak silat. Lalu, ada juga penampilan dari Barongsai.

Kegiatan Porseni Madrasah 2025 tersebut digelar di Kabupaten Jember pada 7 - 9 Juli 2025.(antara)

12 Tahun Unusa, Tegaskan Komitmen Inovasi dan Akses Pendidikan

Iki Radio - Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) merayakan hari lahir ke-12 di Auditorium Kampus B, Kamis (3/7/2025). Mengusung tema “Terus Berinovasi Meraih Kejayaan”, peringatan ini menjadi momen reflektif atas perjalanan Unusa sejak bertransformasi dari Stikes RSI pada 2013, sekaligus penegasan komitmen kampus dalam menciptakan inovasi di dunia pendidikan tinggi.

Peringatan hari lahir digelar di Auditorium Kampus B Unusa dengan mengusung tema “Terus Berinovasi Meraih Kejayaan”, Kamis(3/7/2025).

Rektor Unusa, Prof. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., menyampaikan bahwa usia ke-12 menjadi tonggak penting dalam memperkuat peran sebagai perguruan tinggi swasta unggul yang adaptif terhadap perubahan zaman.

“Meski masih tergolong muda, Unusa telah menunjukkan kemajuan signifikan. Saat ini, 80 persen atau 17 dari 21 program studi telah meraih akreditasi Unggul, termasuk akreditasi universitas,” ujarnya.

Unusa juga terus mengembangkan kurikulum dan menjalin kolaborasi dengan mitra industri dan internasional, serta mendorong riset terapan, publikasi ilmiah, dan pengabdian masyarakat. Langkah ini dilakukan agar inovasi kampus dapat berdampak langsung pada kebutuhan industri dan masyarakat.

Sebagai bentuk apresiasi kepada masyarakat, Unusa meluncurkan promo penerimaan mahasiswa baru berupa beasiswa potongan Dana Pengembangan Pendidikan (DPP) hingga 100 persen, serta cashback DPP sebesar Rp1.200.000, sesuai ketentuan program studi.

“Melalui program ini, kami ingin menjangkau lebih banyak generasi muda yang memiliki semangat belajar tinggi namun terbatas secara ekonomi,” tambah Prof. Jazidie.

Ia menutup sambutannya dengan menegaskan komitmen kampus untuk terus bergerak maju melalui kolaborasi, inovasi, dan pengabdian. “Unusa hadir untuk mencetak lulusan yang unggul secara akademik, profesional, dan berakhlak,” tandasnya. (mad/s)