Iki Terbaru/Paling Greeess

Showing posts with label Top. Show all posts
Showing posts with label Top. Show all posts
Top

Gubernur Jawa Timur Terima Kunjungan Puteri Indonesia 2025 Firsta Yufi Amarta Putri

Iki Radio - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerima kunjungan silaturahmi Puteri Indonesia 2025, Firsta Yufi Amarta Putri, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.

Firsta merupakan Puteri Indonesia Jawa Timur 2025 yang baru saja mengharumkan nama bangsa dengan meraih posisi Top 24 Miss Supranational 2025 sekaligus dinobatkan sebagai Miss Supranational Asia dan Oceania 2025 dalam ajang kecantikan internasional tersebut.

Dalam pertemuan itu, Gubernur Khofifah menyampaikan apresiasi tinggi atas capaian Firsta yang dinilai menjadi inspirasi bagi banyak perempuan, khususnya di Jawa Timur.

“Selamat kepada Mbak Firsta yang telah menunjukkan kapasitas, kualitas, dan kompetensinya dalam ajang pemilihan Puteri Indonesia maupun Miss Supranational Asia dan Oceania 2025. Antara kerja keras, konsistensi, dan komitmen itu saling melengkapi. Seringkali kita hanya melihat kesuksesan seseorang tanpa tahu proses panjang yang dilalui. Fia sudah membuktikan bahwa semua capaian besar dimulai dari niat kuat dan disiplin tinggi,” tutur Khofifah.

Kunjungan ini juga dihadiri oleh jajaran Ikatan Alumni Puteri Indonesia (IAPI) Jawa Timur dan perwakilan dari Mustika Ratu Entertainment. Ketua Harian IAPI Jawa Timur, Hepy Mandiana Sari, mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Khofifah atas sambutan yang diberikan.

“Maturnuwun sanget kepada Ibu Gubernur Jawa Timur yang telah menyambut kami beserta rombongan dengan hangat. Tanpa dukungan Pemprov Jawa Timur, kami tidak dapat melakukan apa-apa,” ujar Hepy.

Sementara itu, Direktur Mustika Ratu Entertainment, Mega Angkasa, menegaskan pentingnya dukungan dari pemerintah daerah dalam mendorong potensi generasi muda, khususnya remaja putri di Jawa Timur.

“Tentu kami senang mengantarkan Puteri Indonesia 2025 bertemu Ibu Gubernur Jawa Timur, ini menunjukkan bahwa remaja puteri Jawa Timur memiliki potensi yang kuat baik di tingkat nasional maupun internasional,” jelas Mega.

Firsta sendiri menyampaikan rasa kagumnya terhadap sosok Gubernur Khofifah yang dinilainya menjadi panutan perempuan Jawa Timur.

“Ini sangat luar biasa karena Ibu Khofifah memang seorang perempuan dan juga menjadi contoh seorang leader di Jawa Timur. Dengan apa yang beliau lakukan dan program-program yang luar biasa, beliau sangat mencerminkan bahwa wanita tidak hanya ada di rumah saja. Wanita bisa berdaya, bekerja, dan mengembangkan segala potensi,” ujar Firsta.

Pertemuan tersebut berlangsung hangat dan penuh semangat inspiratif, mencerminkan sinergi antara pemimpin daerah dan generasi muda yang berprestasi. (byu)

6 Fakta Avan Ferdiansyah, Anak Penjual Es di Ponorogo yang Rumahnya Penuh Piala

Iki Radio - Nama Avan Ferdiansyah Hilmi (19) belakangan jadi buah bibir. Sosok pemuda asal Kelurahan Mankujayan, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, itu viral setelah prestasinya terungkap.

Avan siswa SMA N 1 Ponorogo yang berhasil menjadi mahasiswa ITB melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Kedua orang tua Avan hanya berjualan minuman dingin dan es kocok keliling, namun dari prestasi akademisi Avan memiliki lebih dari 100 piala kejuaraan dari SD hingga SMA dengan mengikuti sejumnlah lomba termasuk lomba olimpiade kebumian di ITB.© KOMPAS.COM/SUKOCO

Sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga menamatkan SMA di SMAN 1 Ponorogo, Avan telah mengoleksi lebih dari 100 piala dan penghargaan.

Avan kemudian semakin menjadi sorotan setelah berhasil diterima di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

1. Sudah ikut lomba sejak TK

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (9/7/2025), Umi Latifah selaku ibunda Avan menceritakan bahwa banyak piala dan trofi dikumpulkan putranya sejak TK.

Di rumahnya yang sederhana, ada lemari kayu menempel di dinding ruang tamu berukuran 3x4 meter. Lemari itu sesak oleh ratusan piala yang disusun rapi di dalam maupun di atasnya.

Di ruangan yang sama, terdapat kasur dan meja kecil tempat Avan belajar. Sementara kursi tamu diletakkan mepet ke dinding depan karena keterbatasan ruang.

"Avan itu ikut lomba sejak sebelum masuk SD di salah satu mal di Madiun. Dan dia langsung jadi juara. Sejak saat itu kadang sebulan 2 kali dia ikut lomba dan pasti membawa pulang piala maupun trofi juara," ujar Umi.

Meski belum masuk sekolah dasar, Avan sudah pandai membaca dan berhitung dari kegemarannya mengamati gambar dan poster tentang abjad dan nomor.

Sejak bisa membaca, Avan hobi sekali membaca buku "Why", buku bergambar yang berisi pengetahuan dasar.

“Satu buku harganya bisa Rp 100.000. Karena suka membaca mau tidak mau kita belikan,” imbuh Umi Latifah.

Meski tergolong buku mahal, namun kedua orangtua Avan tetap mengupayakan agar putranya maju dalam ilmu pengetahuan.

"Avan memiliki kelebihan dalam memamahami ilmu pengetahuan dasar," ucap Umi.

Dari hal itu, Umi memberikan kebebasan kepada Avan untuk mengikuti berbagai perlombaan.


2. Tidak pernah dapat beasiswa dari pemda

Setelah berhasil membawa pulang lebih dari 100 trofi dan piala kejuaran, bahkan kejuaraan OSN tingkat nasional, tak sekalipun Avan mendapat beasiswa dari Pemda.

Eko Yulianto, sang ayah mengaku sering meminta keringanan biaya kepada pihak sekolah agar bisa meringankan biaya sekolah Avan.

Sebab, hasil dari berjualan es keliling yang dilakoninya tidak bisa menutup biaya pendidikan Avan.

“Enggak pernah dapat beasiswa untuk sekolah. Biasanya untuk meringankan biaya sekolah saya minta keringanan biaya ke sekolah. Umpama ada biaya urunan Rp 200.000, saya minta bayar separuhnya,” katanya.

Walaupun, tak pernah mendapat beasiswa dari pemerintah daerah, Eko bersyukur karena sejumlah yayasan sempat membantunya memenuhi kebutuhan sekolah anaknya, mulai dari seragam hingga buku pelajaran.

Namun, sejak Avan masuk SMA Negeri 1 Ponorogo, bantuan itu terhenti.

“Waktu SD dibantu PLN, SMP dibantu Baznas. Tapi masuk SMA, sama sekali tidak ada,” ujar Eko.

Ironisnya, meski tergolong keluarga prasejahtera, nama Eko Yudianto tak pernah tercatat dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Sampai saat ini pun keluarganya tak terdaftar sebagai peserta BPJS karena alasan perekonomian.

“Yang kita khawatirkan adalah kesehatan Avan kalau nanti kuliah keluar kota, karena dia tidak memiliki BPJS,” ujar Eko.


3. Jago matematika dan biologi

Berbekal hobi membaca buku ensiklopedi "Why" yang dilakoninya sejak SD, Avan jadi tertarik pada pelajaran Matematika.

Setiap ada lomba matematika, ia hampir selalu keluar sebagai juara utama. 

Tetapi, saat beranjak ke jenjang SMP, minatnya beralih ke pelajaran biologi karena ingin menjadi dokter.

“Biologi identik dengan jurusan kedokteran, jadi saya semangat mempelajarinya,” kata Avan.

Berkat deretan prestasi akademik dan piala kejuaraan, ia berhasil masuk ke SMP dan SMA Negeri 1 Ponorogo melalui jalur prestasi.


4. Sempat bercita-cita menjadi dokter

Saat mulai bersekolah di SMA, Avan mau tidak mau harus menghadapi kenyataan tentang kondisi ekonomi keluarganya. 

Orang tuanya hanya berjualan es kocok dan minuman ringan di alun-alun Ponorogo.

Ia pun sadar, kuliah kedokteran bukan pilihan realistis karena biaya yang tinggi.

Avan akhirnya memilih fokus pada ilmu bumi, bidang yang menurutnya mencakup pelajaran favoritnya seperti matematika, kimia, dan biologi.

Keputusannya makin bulat setelah meneliti bahwa ada alumni SMA-nya yang berhasil kuliah di ITB lewat jalur O2SN bidang ilmu bumi.

Sejak saat itu, Avan bertekad mengikuti jejak serupa demi meraih beasiswa ke kampus impiannya.

Sayangnya, keinginan untuk membawa pulang trofi juara dari Kampus ITB saat itu gagal.

Avan juga sempat patah semangat untuk meneruskan mimpinya berkuliah di ITB. 

Namun, pembinanya saat itu mendorong Avan untuk terus maju dan tak perlu memikirkan biaya. 


5. Masuk ITB jalur prestasi SNBP

Masih mantap dengan pilihannya, Avan pun mendaftarkan diri di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITK) ITB dalam jalur seleksi SNBP.

Untuk membuktikan keseriusannya, Avan belajar dengan sungguh-sungguh hingga tiba pengumuman kelulusan dirinya diterima di universitas impiannya itu.

Mengenai biaya kuliah, ia mengajukan keringanan ke ITB.

Berbekal surat keterangan tidak mampu karena tak terdaftar sebagai keluarga miskin di DTKS, Avan mendapat beasiswa.  

Usahanya kali ini disetujui oleh Paragon selaku penyedia beasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.

“Satu bulan setelah isi permohonan saya diterima. Satu bulan sejak mengisi saya disuruh ke Yogyakarta untuk menerima penyerahan secara simbolis," ucap Avan.

"Saya dapat nol rupiah sementara UKT pertama, tapi dapat nama. Tapi keputusan UKT realnya masih menunggu,” lanjut dia.


6. Pihak ITB heran, rumah Avan dikira toko piala

Tim dari ITB pun melakukan validasi pengajuan beasiswa siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu yang diajukan oleh Avan dengan mendatangi langsung rumahnya.

Saat mendatangi kediamannya, Avan mengaku dosen dari ITB sempat memvideokan keheranannya akan banyaknya piala kejuaraan yang dimiliki Avan. 

“Awalnya tidak tahu karena yang dibutuhkan itu melihat kondisi rumah dan pekerjaan orang tua, tapi mereka melihat piala ini kemudian viral di media sosial itu,” kata Avan.

“Itu serius piala? Kirain toko piala,” ujar suara salah satu dosen ITB yang menyambangi rumah Avan.

Avan mengaku saat ini bisa tersenyum lebar, setidaknya cita-citanya untuk kuliah di ITB bisa terwujud.(kompas)

Bocah Penari Pacu Jalur Rayyan Diangkat sebagai Duta Pariwisata Riau

Iki Radio - Rayyan Arkan Dikha mendadak viral setelah videonya menari di atas perahu Pacu Jalur di media sosoail dan banyak ditiru orang di dunia.

Gubernur Riau, Abdul Wahid akhirnya mengundang Rayyan Arkan Dikha ke Kantor Gubernur Riau dan dalam kesempatan itu dia secara resmi ditetapkan sebagai Duta Pariwisata Riau.

Aksi Rayyan menari pacu jalur ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mempopulerkan budaya lokal hingga mancanegara.

Saat menyambut Dikha, Gubernur Wahid turut mengajaknya menari bersama di halaman kantor gubernur sebagai bentuk apresiasi.

“Kita bangga, selama ini Pacu Jalur belum dikenal luas. Tapi di era digital, budaya kita bisa mendunia lewat duta-duta seperti Dikha,” ujar Wahid mengutip bantentv.com, Selasa (8/7/2025).

Ia juga memberikan penghargaan kepada seluruh penari jalur muda yang turut mempopulerkan budaya lokal, khususnya melalui tren aura farming yang tengah viral di media sosial.

“Hari ini kita tetapkan tarian pemandu jalur ini sebagai ikon budaya, dan Dikha sebagai Duta Pariwisata. Sekecil apapun kontribusinya, kita apresiasi,” jelasnya.

Rayyan Arkan Dikha akrab disapa Dikha memulai kiprahnya sebagai Anak Coki, sebutan untuk penari yang berdiri di ujung perahu saat Pacu Jalur berlangsung, sejak usia 9 tahun.

“Menari di atas perahu itu susah, harus bisa menjaga keseimbangan saat perahu digoyang dayung puluhan orang. Saya belajar sendiri secara otodidak,” ungkapnya.

Tampil sederhana namun penuh mimpi besar, Dikha menyampaikan keinginannya untuk tetap melestarikan budaya Pacu Jalur.

“Saya ingin tetap menjadi Anak Coki. Tapi suatu saat nanti, cita-cita saya ingin jadi tentara atau bahkan Gubernur,” ucapnya polos, yang mengundang senyum para hadirin.

Sebagai bentuk apresiasi, Pemerintah Provinsi Riau juga memberikan bantuan pendidikan sebesar Rp20 juta kepada Dikha. 

Top

Hidupkan Karya Seni Otentik, Pameran Lukisan Hitam Putih Sukses Digelar di Kota Batu

Iki Radio - Sebuah pameran lukisan dua dimensi bertajuk 'The Monumental Black and White' season dua, telah sukses digelar di Galeri Nasional Raos, Kota Batu Jawa Timur. Pameran yang diadakan komunitas pelukis Ilustrasi Idiom tersebut menyajikan berbagai karya lukisan dari seniman asal Jawa Timur berdimensi hitam putih, mencerminkan kreatifitas karya seni yang masih hidup di tengah gempuran perkembangan teknologi.

Tujuan pergerakan pameran lukisan dengan dimensi hitam dan putih ini dikatakan Roman, utamanya adalah sebagai ajang silahturahmi sesama pelaku seni, seniman se-Jawa Timur, terlebih Komunitas Ilustrasi Idiom adalah komunitas bagi para pelaku seni Jawa Timur. 

"Dan pergerakan penyelarasan nilai kenikmatan dalam menikmati sebuah karya antara karya-karya hitam putih setara dgn karya-karya yang penuh warna dalam peminat penikmat seni di nusantara," ujar Ketua Komunitas Ilustrasi Idiom Roman Chuza, Selasa (08/07/2025). 

Adapun berbagai karya yang dipajang dalam pameran ini, Ia menyebutkan terdapat berbagai macam karya dengan aliran yang ispirasnya tertuang pada setiap media lukis dari 25 pelukis dengan 25 Karya. 

"Salah satu karya, ada dari pelukis asal Surabaya Mas Haidar Azmi R.," sebutnya.

"Selain itu ada pelukis berbagai daerah di Jawa Timur lainnya, seperti, Ridwan SS, Setyoko, Tomo, Gustaf, Ratih Nawang Wulan, Rahmat Widadi, Agus Salim, Esupriyono76, Citra RSD, Ali Taufan, YangBoo, Hyank Welldo, Anthoock Batu Beling, Atya Ifadah, Nining Zaro, Buggy Bhdiyanto, Dona R., Velita AT, Serta Supporting Art's dari pelukis Nasional asal Surabaya, alm. Liem Keng," sambung Roman.

Mengenai Komunitas Ilustrasi Idiom yang mengadakan pameran ini, diketahui bahwa komunitas ini dipelopori oleh Roman Chuza sendiri yang merupakan seorang Pelukis asal Surabaya sedangkan yang menjabat sebagai wakil ketua ialah Ridwan SS. Dan pelukis senior Setyoko sebagai penasehat sekaligus inspirator. 

"Perjalanan pergerakan pameran bersama Black White seasion dua yang bertajuk dua dimensions kali ini digelar di Galeri Nasional Raos Kota Batu Jawa Timur. Pameran dibuka oleh seniman kondang asal Kota Batu, Bapak Selamet HenKus," ungkap Roman.

Harapan ke depan, melalui pameran ini, Roman menuturkan, semoga pergerakan pameran hitam putih bisa menjadi jembatan berkesenian untuk semua pelaku seni dalam hal penilaian intelektual, dalam berkesenian yang lebih dalam terkait pengertian dari arti seni lukis bernuansa hitam putih itu sendiri. 

"Tarmakasih kepada semua yang support dalam hal apapun untuk proses jalannya pameran ini, terutama supporting dari Cat Acrylic TESLA dan Freme Art Batu Beling, serta terima kasih untuk semua awak media yang mendukung dalam hal publikasi agenda acara kami," tutur Roman.

Sementara itu, salah satu peserta pameran yakni seorang pelukis bernama Haidar Azmi R, menyampaikan, bahwa pameran Raos 2D Black and White kali ini baginya adalah sebuah pengalaman baru yang memberi tantangan untuk membuat sebuah karya original. 

"Dalam pembuatan karya lukisan yang saya pajang di pameran ini, saya memilih menggunakan charcoal on Canvas, yang ukurannya sesuai aturan dari pihak panitia yakni 120x140cm, karya lukisan saya berjudul 'Greed Ocean' yang artinya lautan ketamakan," kata Haidar.

Adanya pameran lukisan bertajuk Raos Hitam Putih di Kota Batu ini menandakan bahwa karya-karya seni lukisan dari para pelaku seni di Jawa Timur masih hidup untuk terus berkembang di tengah gempuran zaman teknologi. Dengan pameran ini pula, kreatifitas para seniman bisa memiliki wadah untuk berkembang berdampingan dengan teknologi.(vin/hjr)

Top

Biodata Profil dan Agama Vania Azka Priscilla, Pemeran Vania di Sinetron Asmara Gen Z

Iki Radio - Nama Vania Azka Priscilla kian dikenal publik setelah sukses memerankan karakter Vania dalam sinetron Asmara Gen Z yang tayang di SCTV. Di tengah persaingan sinetron remaja Indonesia, Vania tampil menonjol dengan aktingnya yang matang, meski usianya baru menginjak 14 tahun.

Karakter Vania yang ia perankan digambarkan sebagai gadis imut namun kuat, dan menjadi sosok utama yang berani melawan dominasi geng antagonis bernama Pop Diva.

Tak hanya aktingnya yang mencuri perhatian, kehidupan pribadi dan perjalanan karier Vania pun menarik untuk diulas. Lahir di Bandung dan memulai karier akting sejak usia belia, Vania sudah membintangi berbagai judul sinetron populer sejak 2017.

Dengan pesonanya yang alami serta karakter pekerja keras, ia kini menjadi salah satu aktris muda berbakat yang diperhitungkan di industri hiburan Tanah Air.

Karier Akting yang Dimulai Sejak Kecil

Vania Azka Priscilla memulai debutnya di dunia seni peran pada usia tujuh tahun. Ia pertama kali tampil dalam sinetron dan FTV pada 2017, dan sejak itu terus aktif mengembangkan bakat aktingnya. Namanya mulai benar-benar dikenal publik setelah membintangi sinetron Cinta Suci (2018–2019), di mana ia memerankan Sherly, anak dari karakter utama Marcel dan Monica.

Dalam sinetron tersebut, Vania sukses memikat penonton dengan akting yang natural dan menyentuh. Tak heran jika sejak itu ia kebanjiran tawaran akting dan masuk jajaran aktris cilik yang dicintai pemirsa televisi. Perannya di berbagai proyek terus berkembang dari karakter pendukung menjadi tokoh utama.

Setelah sukses di Cinta Suci, Vania kembali tampil di berbagai sinetron, termasuk Nania Lain Dunia pada 2021. Di sinetron tersebut, ia kembali menunjukkan sisi aktingnya yang kuat, sekaligus membuktikan konsistensinya dalam dunia hiburan meski masih berusia muda.

Puncak popularitas terbarunya datang lewat peran utama dalam sinetron Asmara Gen Z yang tayang di SCTV. Dalam sinetron remaja ini, Vania dipercaya memerankan karakter Vania yang menjadi tokoh sentral dalam cerita kehidupan anak asrama.


Peran di Asmara Gen Z: Tampil Kuat di Tengah Konflik Remaja

Dalam Asmara Gen Z, Vania memerankan karakter yang tidak hanya imut tapi juga memiliki pendirian kuat. Karakternya dikenal sebagai garda terdepan dalam menghadapi tekanan dari Geng Pop Diva, kelompok antagonis yang menjadi lawan utama dalam cerita. Peran ini memperlihatkan sisi matang dari Vania sebagai aktris, karena ia mampu memainkan karakter yang emosional, tegas, dan berani.

Konflik yang terjadi dalam sinetron ini membawa karakter Vania ke dalam berbagai situasi sulit yang membutuhkan akting emosional yang kuat. Dengan pengalamannya yang cukup panjang di dunia hiburan, Vania tampil meyakinkan dan berhasil menghidupkan dinamika remaja dalam cerita tersebut.


Kehidupan Pribadi, Keluarga, dan Media Sosial

Di luar layar kaca, Vania Azka Priscilla adalah remaja yang aktif dan dekat dengan keluarga. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Cepy Tricahyadi dan Effry Destriana, serta memiliki seorang kakak laki-laki bernama Farrel Ramadhan. Vania diketahui menganut agama Islam dan tinggal di Bandung, tempat ia juga menempuh pendidikan di jenjang SMP.

Meskipun sibuk dengan dunia akting, Vania tetap menjalani pendidikan formal dan dikenal sebagai siswa yang berprestasi. Ia juga memiliki beragam hobi seperti membaca, menari, dan tentu saja akting yang sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil.

Vania cukup aktif di media sosial, terutama Instagram. Ia memiliki akun resmi @vaniapriscilla.real yang kerap digunakan untuk membagikan momen syuting, kehidupan sehari-hari, hingga interaksi dengan para penggemar. Kehadirannya di media sosial memperkuat citranya sebagai remaja inspiratif yang tetap membumi meski populer.

Kehangatan hubungannya dengan sang ibu juga sering terlihat dari unggahan media sosialnya. Hal ini memperlihatkan bahwa Vania tumbuh di lingkungan keluarga yang suportif dan mendukung penuh kariernya di dunia hiburan.


Biodata Lengkap Vania Azka Priscilla

Nama Lengkap: Roy Vania Azka Priscilla

Nama Panggung: Vania Azka Priscilla

Nama Panggilan: Azka

Tempat, Tanggal Lahir: Bandung, Jawa Barat, 21 Juli 2010

Usia: 14 tahun (per 2025)

Zodiak: Leo

Agama: Islam

Kewarganegaraan: Indonesia

Tinggi Badan: 155 cm

Pendidikan: Pelajar SMP (SMP Al Masoem) 

Hobi: Membaca, menari, berakting

Instagram: @vaniapriscilla.real

Keluarga:

Ayah: Cepy Tricahyadi

Ibu: Effry Destriana

Saudara: Farrel Ramadhan (kakak laki-laki)

Karier dan Pendidikan:

Profesi: Aktris, model cilik

Debut Karier: 2017

Peran Terkenal: Sherly di Cinta Suci, Vania di Asmara Gen Z, pemeran di Nania Lain Dunia

Dengan perjalanan karier yang dimulai sejak usia dini, Vania Azka Priscilla berhasil membuktikan bahwa ia bukan sekadar aktris cilik biasa. Lewat berbagai peran penting di sinetron populer, ia menunjukkan konsistensi, dedikasi, dan perkembangan akting yang menjanjikan.

Perannya sebagai Vania di Asmara Gen Z semakin memperkuat posisinya sebagai aktris remaja berbakat yang patut diperhitungkan. Tak hanya aktif di dunia hiburan, Vania juga menjaga keseimbangan dalam pendidikan dan kehidupan pribadinya — menjadikannya panutan bagi banyak remaja seusianya.***

Top

Ima Yustianingsih Putri Hijab Jawa Timur 2025

Iki Radio - Perhelatan ajang Putri Hijab Indonesia kembali digelar di Jawa Timur dengan semangat yang lebih kuat untuk menggali potensi para muslimah. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang kontes kecantikan, namun juga panggung bagi perempuan berhijab untuk menyalurkan bakat, wawasan, dan peran sosial mereka dalam membangun masa depan bangsa.

Mewakili Gubernur Jawa Timur, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kadis Kominfo) Provinsi Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini.

“Ini adalah momen yang baik bagi para muslimah Jawa Timur untuk mengaktualisasikan serta mengeluarkan potensi dirinya. Berhijab bukan hanya menjalankan perintah agama, tetapi juga bagaimana menjadi pribadi yang lebih menarik, inspiratif, dan berdampak,” ujarnya dalam sambutan.

Sherlita menambahkan, sosok muslimah masa kini tidak hanya cantik dari segi fisik, tetapi juga harus memiliki kecantikan hati dan kecerdasan berpikir. Hal ini sejalan dengan semangat ajang Putri Hijab Indonesia yang mengusung nilai-nilai keislaman, kemandirian, dan kontribusi sosial.

Sementara itu, Regional Director Putri Hijab Indonesia Jawa Timur, Sufu Malinda, menegaskan bahwa ajang ini bukan sekadar kontes kecantikan. Lebih dari itu, acara ini menjadi ruang ekspresi dan pengembangan diri bagi muslimah yang ingin terjun dalam dunia influencer, modeling berkarakter, serta menjadi inspirator dalam kehidupan bermasyarakat.

“Kami mengusung tema besar ‘Mencari Sosok Muslimah yang Berakhlak, Berwawasan, serta Mampu Menjadi Inspirasi Perempuan Muslimah’. Melalui ajang ini, kami ingin mencetak generasi perempuan yang tak hanya tampil percaya diri di atas panggung, tapi juga mampu memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat,” terang Sufu.

Ia juga menegaskan bahwa Putri Hijab bertujuan melahirkan sosok muslimah yang tidak hanya cantik, tetapi juga cerdas, bertanggung jawab, dan siap bekerja sama untuk membangun sumber daya manusia unggul demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Ajang ini sukses menarik perhatian publik sebagai wadah yang memadukan nilai-nilai religius, keterampilan modern, dan semangat berkontribusi untuk kemajuan bangsa melalui peran aktif perempuan muda berhijab.

Pada malam puncak pemilihan, Ima Yustianingsih dari Kabupaten Trenggalek berhasil menyabet gelar Juara Putri Hijab Indonesia Jawa Timur 2025. Gelar Runner-up diraih oleh Sabrina Maharani dari Kabupaten Kediri, sementara 2nd Runner-up disematkan kepada Sai’dah Adenia Salma Al Hakimi dari Kabupaten Ponorogo.(hjr)

Top

Malam 1 Sura, Fajar Menjamas 375 Keris, Bukan Beli, Pusaka Itu Datang Sendiri

Iki Radio - Malam 1 Sura selalu menjadi waktu sakral bagi sebagian masyarakat Jawa. Tidak hanya dirayakan dengan doa atau tirakatan, malam itu juga identik dengan ritual jamasan, yaitu prosesi pembersihan benda-benda pusaka seperti keris atau warisan leluhur.

Tahun ini, malam 1 Sura jatuh pada Kamis Wage, 26 Juni 2025. Di malam itulah, Fajar Purwoto, pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) yang menjalankan jamasan, kebiasaannya selama puluhan tahun.

Fajar Purwoto memperlihatkan ratusan pusaka yang dimiliki. (Foto : JAWA POS RADAR SEMARANG)

"Ya karena sudah dipercaya ngopeni (merawat, red) ya diresiki (dibersihkan, red). Jangan sampai nanti tahu-tahu 10 tahun tidak jamasan, pusakanya bolong-bolong," ujar Fajar saat ditemui di kediamannya, Pondok Beringin, Ngaliyan, Kota Semarang, belum lama ini.

Ritual jamasan dilakukan dengan penuh ketekunan. Fajar menggunakan air bunga melati dan sabun cuci piring untuk merawat 375 pusaka koleksinya yang sebagian besar adalah keris.

Baginya, malam 1 Sura bukan hanya momentum simbolik, tetapi juga waktu untuk merenungi asal-usul dan nilai luhur yang melekat pada setiap bilah keris.

Fajar dikenal luas di kalangan kolektor keris dan pemerhati budaya Jawa. Mantan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang ini mengoleksi keris sejak 2004.

Dia mengaku tak pernah membeli satu pun dari ratusan pusaka itu.

"Tidak pernah beli. Kalau saya pengin, tiba-tiba ada bayangan di mana letaknya. Misal di pohon, ya saya minta orang buat ambil, dan ternyata memang ada," katanya.

Sejak 2011, keris-keris yang disebutnya “datang sendiri” mulai sering muncul, kadang dua hingga tiga dalam sepekan.

Menurutnya, kedatangan pusaka itu bukan kebetulan. Dia meyakini benda-benda itu datang karena "meminta dirawat", seperti warisan spiritual dari para leluhur.

Namun demikian, Fajar menekankan bahwa fanatisme terhadap pusaka tak boleh melampaui batas. Dia mengingatkan bahwa keyakinan tertinggi tetap kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Al-Qur'an disebutkan kita harus percaya kepada barang gaib. Namun, kita harus berkeyakinan bahwa kita lebih mulia dari mereka," ujarnya.

Dalam ritual malam 1 Sura, Fajar kerap dimintai tolong oleh kerabat dan kolektor lain untuk menjamas pusaka mereka. Dia menerima dengan senang hati, selama niatnya untuk pelestarian budaya, bukan untuk kesaktian atau jabatan.

Baginya, keris bukan sekadar senjata bersejarah, melainkan simbol spiritualitas dan warisan budaya Jawa.

Beberapa koleksinya bahkan berbentuk unik seperti Semar Duduk, Naga atau memiliki luk (lekukan) mulai dari tiga hingga dua puluh satu.

Salah satu keris yang paling berkesan menyerupai tongkat naga memakan bola bumi emas yang sering disangka tongkat komando saat dirinya masih menjabat.

"Orang-orang tidak tahu, dikira tongkat komando. Padahal itu keris. Namanya tidak saya sebutkan, biar yang tahu saja yang menyebut," katanya.

Sugesti dari keris itu, Fajar mengaku kerap membantunya saat menghadapi tugas berat, seperti mengatur cuaca saat kegiatan Satpol PP.

Meski demikian, dia menolak jika keris dianggap sebagai jimat atau alat mistis yang disembah.

"Kalau sampai disembah, itu musyrik. Yang wajib kita sembah hanya Allah," ujarnya.

Dia juga mengkhawatirkan anggapan bahwa keris hanya berharga jika berlapis emas atau berlian. Baginya, pandangan itu justru menjauhkan generasi muda dari warisan budaya.

Untuk itu, Fajar rajin mengenalkan keris pada cucunya yang masih berusia lima tahun.

"Jangan sampai orang Jawa kelangan Jawane. Keris mayoritas dibuat zaman kerajaan dulu, bahkan ada yang usianya lebih dari 500 tahun. Kalau tidak dikenal generasi muda, kan eman (sayang, red)," ujarnya.

Salah satu keris tertuanya diyakini berasal dari zaman Sunan Kalijaga hingga Kanjeng Ratu Kidul. Semua pusaka itu, kata Fajar, didapat dengan cara “transfer alam”.

Misalnya, setelah dia mendapatkan petunjuk batin, lalu menaruh bunga melati di pohon tertentu.

"Beli kembang melati Rp 5.000, saya taruh, lalu ditemukan pusaka di dekat situ," katanya.(wis/jpnn)