Iki Radio – Setiap tanggal 3 Desember, diperingati sebagai Hari Disabilitas Internasional (HDI). Peringatan ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan masyarakat, akan persoalan-persoalan yang terjadi berkaitan dengan kehidupan para penyandang disabilitas. Selain itu memberikan dukungan untuk meningkatkan martabat, hak, dan kesejahteraan para penyandang disabilitas intelektual.
Di Kabupaten Madiun, Ratusan pelajar penyandang disabilitas, dari lembaga Sekolah Luar Biasa (SLB) Se- Kabupaten Madiun, memperingati HDI dengan sederhana, di Lapangan Jiwan Kabupaten Madiun, Rabu (3/12/2025).
Terlihat di panggung hanya ada satu buah speaker yang digunakan dalam acara tersebut. Para siswa penyandang disabilitas didampingi sejumlah guru pembimbing, terlihat duduk lesehan dengan alas seadanya. Selain menggunakan tikar, diantaranya ada yang duduk hanya beralas banner bekas yang sudah tidak terpakai.
Meski demikian, para siswa ini terlihat antusias mengikuti acara yang dikemas dengan penampilan kesenian dari siswa siswi penyandang disabilitas.
"Acara ini bertujuan untuk memberikan wadah bagi anak anak disabilitas untuk berkreasi," ujar Andy Wijayanto, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Madiun.
Penyandang disabilitas di Kabupaten Madiun saat ini ada sekitar 5000 orang. Jumlah ini berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh pilar sosial di Kabupaten Madiun.
"Pendataan yang dilakukan secara door to door melakukan verval," lanjutnya.
Adapun untuk penyandang disabilitas di Kabupaten Madiun, meliputi penyandang disabilitas baik fisik maupun mental.
"Merata, semuanya ada, dan diwadahi dalam PPDM (Persatuan Penyandang Disabilitas Madiun)" tambahnya.
Kata Andy, pihaknya telah menggandeng Dinas Tenaga Kerja, berkaitan dengan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas.
Kepala SLB Metesih Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun, Agustin Rina menjelaskan, kendala dalam pembelajaran bagi siswa penyandang disabilitas adalah kondisi anak dengan disabilitas yang berbeda, sehingga memerlukan penanganan yang berbeda pada setiap siswa.
"Guru harus punya kompetensi yang lebih dalam manajemen kelas," katanya.
Dikatakan, adanya stikma yang kurang baik terhadap disabilitas, membuat banyak penyandang disabilitas yang belum mendapatkan haknya untuk belajar. Sebab banyak masyarakat yang justru menutup diri jika ada anaknya yang mengalami disabilitas.
"Bisa mungkin karna masyarakat itu malu jika ada yang tahu anaknya penyandang disabilitas, lalu tidak mau menyekolahkan anaknya ke SLB, malah ke sekolah umum," jelasnya.
Metode pendekatan personal saat ini tengah diupayakan, agar masyarakat betul betul memahami pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas.
"Kalau perlu nanti kita akan kunjungan langsung ke
warga yang mungkin ada anak disabilitas, kita beri motivasi dan
pemahaman," pungkasnya.(*)
















