Iki Radio - Warga RW 08 Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, mengembangkan gerakan Bank Sampah Mutiara RW 08 sebagai upaya menjaga kebersihan lingkungan sekaligus menambah nilai ekonomi dari pengelolaan sampah rumah tangga.
Program yang diinisiasi pengurus RW bersama LMK, RT,
kader Dasawisma, dan Karang Taruna tersebut bertujuan mengedukasi masyarakat
agar terbiasa memilah sampah organik dan anorganik sejak dari rumah.
Ketua RW 08 Sukabumi Utara, Matroji, mengatakan, kegiatan
bank sampah berawal dari keinginan warga menciptakan lingkungan yang bersih.
Namun, dalam perjalanannya, kegiatan tersebut juga memberikan manfaat ekonomi
bagi masyarakat. “Awalnya kami hanya ingin lingkungan bersih. Tapi setelah
dijalankan, ternyata sampah yang dipilah bisa menghasilkan uang dan membantu
perekonomian warga,” ujar Matroji yang ditemui di sela kegiatan warga.
Kegiatan Bank Sampah Mutiara dilakukan secara rutin.
Warga membawa sampah anorganik yang telah dipilah, seperti botol plastik, kertas,
dan logam, ke pos bank sampah pada hari tertentu setiap pekan. Sampah tersebut
kemudian ditimbang dan dicatat sebagai tabungan, yang nantinya dapat ditukar
dengan uang tunai.
Matroji menyebutkan keberadaan bank sampah membawa dampak
positif terhadap kebersihan lingkungan. Volume sampah yang diangkut ke tempat
pembuangan sementara (TPS) berkurang, saluran air jarang tersumbat, dan
lingkungan menjadi lebih rapi. “Anak-anak pun bisa diajak ikut serta dalam
kegiatan daur ulang kreatif, seperti membuat pot tanaman dari botol bekas dan
karya seni dari kardus,” ujarnya.
Salah satu kader Dasawisma dari RT 03, Sobiroh,
mengungkapkan kegiatan bank sampah telah mengubah kebiasaan warga dalam
mengelola sampah rumah tangga. “Sekarang ibu-ibu sudah terbiasa pisahkan sampah
di rumah. Anak-anak juga lebih peduli dan nggak buang sampah sembarangan. Ini
perubahan yang luar biasa,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Bank Sampah Mutiara RW
08, Ahmad Muttaqin, mengingatkan warga agar lebih selektif dalam memilah jenis
sampah yang disetor, sehingga hasil penjualan menjadi lebih maksimal. “Contoh
ada nasabah yang menimbang satu karung besar tapi isinya campur, padahal
nilainya berbeda. Harusnya dipisahkan supaya hitungannya sesuai dan hasilnya
lebih optimal,” jelasnya.
Meski masih tergolong baru, pengurus Bank Sampah Mutiara
RW 08 berencana terus melakukan sosialisasi agar semakin banyak warga yang
terlibat dan terampil dalam memilah sampah. “Ke depan kami ingin para nasabah
makin paham dan terampil dalam pemilahan sampah yang disetor ke bank sampah,”
kata Ahmad.
Program Bank Sampah Mutiara RW 08 diharapkan dapat
menjadi contoh pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang efektif di wilayah
Jakarta Barat serta memperkuat budaya peduli lingkungan di tingkat akar rumput.