Iki Terbaru/Paling Greeess

Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Dari Banua untuk Indonesia: Sekolah Garuda SMAN BBS Lahirkan Talenta Sains dan Generasi Inovatif

Iki Radio - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) resmi memperkenalkan Sekolah Garuda Transformasi di SMAN Banua Bilingual Boarding School (BBS), Kalimantan Selatan. Langkah ini menjadi bagian dari peluncuran serentak Sekolah Garuda di 16 titik seluruh Indonesia, sebagai wujud nyata pemerataan akses pendidikan unggul dan pembinaan talenta sains di daerah.

Program Sekolah Garuda merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat Nomor 4 dan Asta Cita Nomor 4, yang menitikberatkan pada pembangunan sekolah-sekolah unggul terintegrasi di setiap kabupaten/kota serta penguatan SDM bidang sains dan teknologi.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menegaskan bahwa kehadiran Sekolah Garuda merupakan langkah konkret pemerintah dalam menyiapkan generasi unggul dan memperluas kesempatan pendidikan bermutu hingga ke pelosok negeri. “Pendidikan berkualitas adalah pilar utama kemajuan dan daya saing bangsa,” tegas Menteri Brian.

Apresiasi juga datang dari Menekraf Teuku Riefky Harsya, yang menilai Sekolah Garuda sebagai terobosan strategis yang sejalan dengan arah pembangunan ekonomi kreatif berbasis ilmu pengetahuan dan inovasi.

“Sekolah Garuda ini menjadi langkah strategis untuk menyiapkan generasi penggerak kemajuan bangsa yang menguasai sains, teknologi, dan inovasi. Kita harus cerdas dan pintar, tapi juga jangan lupa menggunakan akal dan rasa. Kreativitas dan kecerdasan sosial menjadi kunci agar anak-anak kita mampu beradaptasi dan menciptakan solusi baru di masa depan,” ujar Menekraf Riefky, dalam keterangan tertulis, Kamis (9/10/2025).

Ia menambahkan, Sekolah Garuda bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan wadah pengembangan karakter, kreativitas, dan kepemimpinan muda yang siap menghadapi tantangan global.

Optimisme serupa datang dari guru Bahasa Inggris SMAN BBS, Bianca Maria Salita, yang melihat hadirnya Sekolah Garuda sebagai kesempatan besar bagi siswa di daerah untuk menembus batas impian.

“Sekolah Garuda membuka banyak kesempatan untuk anak-anak kami yang tanpa dukungan program ini mungkin tidak akan berani bermimpi besar. Saya percaya dari Banua ini akan lahir generasi yang siap menjelajahi dunia dan memberikan kontribusi bagi Indonesia,” tutur Bianca.

Ia menilai, peran guru kini tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga mentor riset dan pembimbing karakter, sejalan dengan semangat transformasi pendidikan yang diusung pemerintah.

Salah satu siswa, Najwa Azura Putri Arrahman, mengaku bangga menjadi bagian dari Sekolah Garuda.

“Saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari program ini. Sekolah Garuda memberi saya keyakinan untuk melanjutkan pendidikan hingga ke luar negeri—sesuatu yang dulu terasa mustahil,” ungkapnya.

SMAN BBS dikenal memiliki sarana pembelajaran modern dan mendukung sistem asrama. Fasilitasnya mencakup laboratorium fisika, kimia, biologi, komputer, dan bahasa, perpustakaan digital, poliklinik, gymnasium, serta balairung berkapasitas seribu orang.

Fasilitas tersebut menjadi fondasi penting bagi penerapan pembelajaran berbasis riset dan eksperimen. Namun, Bianca menilai perlengkapan laboratorium sains masih perlu terus diperkuat agar proses praktikum lebih optimal dan inovatif.

Kehadiran Sekolah Garuda Transformasi di Kalimantan Selatan menjadi tonggak penting pemerataan akses pendidikan unggul di wilayah tengah Indonesia. Dengan dukungan pemerintah pusat dan daerah, serta semangat siswa dan guru, SMAN BBS siap menjadi pusat inovasi pendidikan, pengembangan karakter, dan pembibitan talenta sains nasional.

Sekolah Garuda bukan hanya simbol kemajuan pendidikan, tetapi juga wujud nyata kehadiran negara dalam menyiapkan generasi muda yang siap berkompetisi dan berkontribusi untuk Indonesia Maju.

Top

Teater Musikal Anak “Hikayat Anak yang Sombong” Hadir di Surabaya

Iki Radio - Ditengah semakin jarangnya pertunjukan teater anak di Surabaya, Bengkel Muda Surabaya kembali menghadirkan sebuah karya teater musikal anak berjudul “Hikayat Anak yang Sombong”, yang akan dipentaskan pada Sabtu dan Minggu, 11–12 Oktober 2025 pukul 19.30 WIB di Gedung Balai Budaya, Jl. Gubernur Suryo 15, Komplek Balai Pemuda Surabaya.

Pertunjukan ini diangkat dari cerita legenda Sangkuriang, kisah rakyat asal Jawa Barat yang disajikan dalam bentuk teater musikal anak, sebuah bentuk seni yang kini mulai jarang ditemui di Surabaya. Melalui perpaduan dialog, musik, tata gerak dan elemen tradisional lokal menciptakan panggung lebih ekspresif. Pementasan ini mengajak penonton menyelami dunia anak-anak yang penuh imajinasi dan keceriaan, sembari menanamkan nilai moral tentang kerendahan hati dan pentingnya menghormati orang tua.

“Pementasan teater musikal anak seperti ini sudah jarang di Surabaya. Kami ingin menghadirkan kembali ruang bermain yang mendidik, yang tidak hanya menghibur tapi juga menanamkan nilai-nilai etika bagi anak-anak di tengah dunia modern yang serba cepat,” ujar Heroe Budiarto, sutradara sekaligus Ketua Umum Bengkel Muda Surabaya, Rabu(8/10/2025).

Sejak tahun 2018, Bengkel Muda Surabaya membuka kelas teater anak bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kota Surabaya. Dari sinilah lahir Teater Anak Bengkel Muda Surabaya, yang konsisten melibatkan anak-anak usia sekolah dasar hingga menengah pertama untuk belajar seni peran dan bekerja sama dalam dunia teater.

Beberapa karya yang telah dipentaskan sebelumnya antara lain: “Sawunggaling Anak Dunia” (2019), “Jaka Jumput Tanding” (2021), “Merdeka Negeriku” (2022), “Dolanan Yuk” (2022), dan kini “Hikayat Anak yang Sombong” (2025).

Konsep garapan tahun ini dikembangkan dengan memadukan adegan, musik, dan tata gerak yang memperkuat suasana cerita. Pertunjukan juga menampilkan kembali permainan tradisional (dolanan) yang nyaris punah oleh arus zaman, seperti sepur-sepuran, bernyanyi berbalas, serta bermain bersama di bawah sinar bulan—suasana masa kecil yang kini jarang dialami anak-anak di perkotaan.

“Kami ingin mengingatkan kembali betapa berharganya kebersamaan dan permainan sederhana masa lalu. Anak-anak sekarang tumbuh di tengah dunia digital yang cepat, tapi mereka tetap butuh ruang untuk berimajinasi dan belajar tentang kehidupan dengan cara yang menyenangkan,” tambah Heroe.

Dengan kemasan yang riang dan penuh warna, “Hikayat Anak yang Sombong” bukan hanya tontonan keluarga yang menghibur, tetapi juga cermin pendidikan moral yang relevan dengan kondisi anak masa kini — agar kelak mereka tumbuh menjadi generasi yang rendah hati, bijak, dan berbudaya. (mad/hjr)

Menkomdigi: Sekolah Garuda Transformasi Siapkan Generasi Unggul Berkarakter dari Timur Indonesia

Iki Radio - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan bahwa program Sekolah Garuda Transformasi merupakan langkah strategis Presiden Prabowo Subianto dalam menyiapkan generasi unggul 2045 yang berkarakter kuat dan berdaya saing global.

Menkomdigi Meutya Hafid menghdiri peluncuran program Sekolah Garusda Transformasi di SMAN Siwalima Ambon, Maluku, Rabu (8/10/2025).

Dalam peluncuran program di SMA Siwalima Ambon, Maluku, Meutya mengatakan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari visi besar Presiden untuk memperluas akses pendidikan unggul ke seluruh pelosok Indonesia, termasuk kawasan timur. “Semangat program ini sebenarnya sudah ada sejak awal Presiden memimpin. Beliau ingin memastikan bahwa anak-anak dari seluruh Indonesia, termasuk Maluku, punya kesempatan yang sama untuk menjadi generasi emas Indonesia 2045,” ujar Meutya Hafid pada Rabu (8/10/2025).

Menurutnya, pendidikan transformatif yang diterapkan dalam Sekolah Garuda menekankan kebebasan minat belajar, kolaborasi global, serta pembentukan karakter. Hal itu sejalan dengan semangat digitalisasi dan kompetensi abad ke-21 yang menjadi pilar kebijakan nasional. “Dulu saya juga anak asrama, tahu rasanya berjuang jauh dari rumah. Tapi justru dari situ kita belajar karakter, disiplin, dan daya juang. Itu yang ingin ditanamkan dalam Sekolah Garuda,” tambahnya.

Sekolah Garuda Jadi Pilar Transformasi Pendidikan Nasional

Program Sekolah Garuda Transformasi yang diluncurkan serentak di 16 titik awal ini akan diperluas hingga mencakup 80 sekolah unggulan dan pembangunan 20 sekolah baru di daerah prioritas.

Program ini merupakan wujud nyata Asta Cita ke-5, yaitu “Meningkatkan Akses dan Kualitas Pendidikan,” serta Asta Cita ke-3 tentang “Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Mewujudkan Indonesia Emas.”

Meutya Hafid menjelaskan, kurikulum di Sekolah Garuda akan menyesuaikan dengan sistem pendidikan modern dunia. Siswa diberikan keleluasaan untuk fokus pada bidang minatnya seperti sains, teknologi, atau humaniora tanpa harus mengikuti seluruh mata pelajaran umum seperti sistem konvensional. “Kita ingin melahirkan anak-anak muda Indonesia yang tahu tujuan hidupnya sejak dini. Dengan internet dan digitalisasi, mereka bisa memilih jalan belajar sesuai potensi dan cita-cita mereka,” jelas Meutya.

SMAN Siwalima, Sekolah Perdamaian dari Maluku

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Siwalima, Elisma Tahalea, dalam kesempatan itu mengungkapkan sejarah pendirian sekolah yang sarat nilai perdamaian.

Menurutnya, SMA Siwalima didirikan pada tahun 2006 atas inisiatif Gubernur Maluku saat itu, Karel Albert Ralahalu, untuk menyatukan anak-anak dari berbagai latar belakang yang terpisah akibat konflik sosial 1999. “Awalnya anak-anak duduk terpisah berdasarkan kelompoknya masing-masing. Tapi dalam dua bulan, mereka menyatu. Guru-guru kami bukan hanya pendidik, tapi juga konselor yang memulihkan semangat mereka,” tutur Elisma dengan nada haru.

Kini, SMA Siwalima telah menjadi salah satu dari 12 sekolah unggulan nasional yang masuk dalam program Garuda Transformasi. Sekolah ini dikenal melahirkan banyak alumni berprestasi, bahkan hingga tingkat internasional. “Kami percaya, setiap anak bukan hanya yang pintar  bisa menjadi unggul kalau diberi kesempatan. Itu semangat kami sejak awal,” ujar Elisma.

Siswa-Siswi Maluku Siap Berkibar ke Dunia

Salah satu siswa SMA Siwalima, Rachel Kristasya I, berbagi pengalaman mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat. Menurutnya, sistem pendidikan di luar negeri menekankan kemandirian dan kebebasan minat belajar, nilai yang kini mulai diadopsi Sekolah Garuda.

“Di Amerika, siswa bebas memilih bidang yang diminatinya. Tapi semangat teman-teman di Siwalima sama kuatnya kami ingin menggapai mimpi besar untuk Indonesia,” ujar Rachel.

Rachel juga mengaku bangga dapat memperkenalkan budaya Indonesia di berbagai kesempatan internasional, termasuk saat International Education Week di Texas, Amerika Serikat. “Saya berkesempatan mempresentasikan budaya Indonesia kepada wali kota di tempat saya tinggal. Saya merasa membawa nama bangsa,” tambahnya dengan senyum.

Mewujudkan Generasi Unggul, Berkarakter, dan Berdaya Saing

Program Sekolah Garuda Transformasi meneguhkan arah kebijakan pendidikan nasional untuk melahirkan generasi unggul, berakhlak, dan adaptif terhadap perubahan global.

Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkondigi) mendukung penuh upaya ini melalui penguatan literasi digital, ekosistem pendidikan cerdas, serta platform pembelajaran daring yang inklusif. “Tidak ada orang pintar bisa menjadi unggul tanpa karakter yang kuat. Karakter itu yang harus kita jaga, terutama dari anak-anak timur Indonesia yang sudah terbiasa berjuang,” tutup Meutya Hafid.

 

Pemerintah Luncurkan Sekolah Garuda di 16 Titik, Siapkan Generasi Emas 2045 Berdaya Saing Global

Iki Radio - Pemerintah bersiap meluncurkan Sekolah Garuda, program strategis pendidikan unggulan yang akan dikenalkan serentak pada Rabu, 8 Oktober 2025, di 16 titik di seluruh Indonesia. Program ini menjadi bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto, sebagai langkah nyata pemerataan akses pendidikan berkualitas di setiap pelosok negeri.

Sekolah Garuda dirancang untuk membuka jalan bagi anak-anak Indonesia berprestasi dari seluruh daerah agar mampu menembus kampus-kampus terbaik dunia. “Sekolah Garuda menjadi penyempurna orkestrasi transformasi pendidikan,” ujar Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Prof. Stella Christie di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Menurut Stella, inisiatif ini merupakan realisasi visi besar Presiden Prabowo untuk melahirkan generasi unggul sains dan teknologi yang siap membawa Indonesia menuju Generasi Emas 2045.

“Sekolah Garuda adalah cara pemerintah memperluas akses pendidikan unggul yang inklusif. Meracik talenta sains dan teknologi dari anak-anak berprestasi di penjuru negeri,” tambahnya.

Sekolah Garuda diharapkan tidak hanya melahirkan insan cerdas dan berdaya saing global, tetapi juga berjiwa kepemimpinan dan berorientasi pengabdian kepada bangsa.

Pengenalan serentak Sekolah Garuda akan dilakukan di 12 Sekolah Garuda Transformasi dan empat lokasi pembangunan Sekolah Garuda Baru.

Dua belas Sekolah Garuda Transformasi meliputi: SMAN 10 Fajar Harapan (Aceh), SMA Unggul Del (Sumatera Utara), MAN Insan Cendekia Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan), SMAN Unggulan MH Thamrin (DKI Jakarta), SMA Cahaya Rancamaya (Jawa Barat), SMA Taruna Nusantara (Jawa Tengah), SMA Pradita Dirgantara (Jawa Tengah), SMAN 10 Samarinda (Kalimantan Timur), SMAN Banua BBS (Kalimantan Selatan), MAN Insan Cendekia Gorontalo (Gorontalo), SMAN Siwalima Ambon (Maluku), dan SMA Averos Sorong (Papua Barat Daya).

Sementara empat lokasi pembangunan Sekolah Garuda Baru berada di Belitung Timur (Babel), Timor Tengah Selatan (NTT), Konawe Selatan (Sultra), dan Bulungan (Kaltara).

Hingga 2029, pemerintah menargetkan 80 sekolah menjadi bagian dari Sekolah Garuda Transformasi serta membangun 20 Sekolah Garuda Baru di daerah prioritas.

Stella menjelaskan, Sekolah Garuda berdiri di atas tiga pilar utama. Pertama, penyeimbang akses, yakni pemerataan kesempatan bagi semua anak Indonesia untuk berprestasi tanpa batas wilayah, Kedua, inkubator kepemimpinan, yang menanamkan karakter dan nilai kebangsaan bagi calon pemimpin masa depan, dan Ketiga, penguatan prestasi dan pengabdian, yakni membentuk siswa berprestasi akademik tinggi sekaligus memiliki semangat kembali mengabdi untuk negeri.

“Selain unggul secara akademik, siswa Sekolah Garuda diharapkan tetap memiliki semangat melayani dan memberi kontribusi nyata bagi masyarakat,” ujar Stella.

Keberadaan Sekolah Garuda menjadi bagian penting dari strategi penguatan sumber daya manusia (SDM) unggul.

Berdasarkan Human Capital Index, rata-rata siswa Indonesia baru memanfaatkan 54 persen dari potensi utuhnya. Karena itu, pemerintah mendorong pendidikan yang mampu mengoptimalkan talenta nasional secara menyeluruh.

Program Sekolah Garuda juga melanjutkan keberhasilan Beasiswa Indonesia Maju (BIM) yang telah mengantarkan 143 siswa Indonesia berkuliah di 100 perguruan tinggi terbaik dunia pada 2024.

Dengan pendekatan transformasi dan pemerataan, Sekolah Garuda diharapkan menjadi pusat unggulan sains dan teknologi nasional yang melahirkan talenta dari seluruh pelosok negeri—dari Aceh hingga Papua.

“Sekolah Garuda adalah simbol bahwa tidak ada batas bagi anak Indonesia untuk bermimpi besar dan menggapai dunia,” pungkas Stella.

Sekolah Rakyat di Muncar Banyuwangi, Harapan Baru dari Air Mata Seorang Ibu Tunanetra

Iki Radio - Suasana haru mewarnai pembukaan Sekolah Rakyat di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Muncar, Banyuwangi, Selasa (30/9/2025). Sebanyak 73 anak dari berbagai latar belakang diantar orang tua dan keluarganya untuk menempuh pendidikan berasrama di sekolah gratis yang digagas Presiden Prabowo Subianto ini.

Di antara riuh suasana, momen paling menyentuh datang dari Nur Wahidah (50), seorang ibu tunanetra asal Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar. Air matanya menetes saat disapa dan diajak berbincang oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang hadir meresmikan pembukaan sekolah tersebut.

Dengan suara lirih, Nur Wahidah menceritakan kehidupannya. Ia memiliki empat anak. Anak sulungnya telah meninggal dunia, anak kedua sudah bekerja, anak ketiga masih duduk di bangku SMA, sementara yang ia antar ke Sekolah Rakyat adalah Rehan Meizi, anak bungsunya yang kini kelas 5 SD.

Sejak sembilan tahun lalu, penglihatannya hilang. Suaminya pergi meninggalkan keluarga sejak Rehan masih berusia sebulan. Sejak itu, Wahidah berjuang seorang diri membesarkan anak-anaknya dengan penghasilan seadanya dari jasa pijat.

“Sudah sembilan tahun saya kehilangan penglihatan. Untuk hidup, saya hanya bisa bekerja sebagai tukang pijat. Dengan adanya Sekolah Rakyat ini, saya merasa sangat terbantu. Semoga anak saya bisa maju, berkembang, dan menjadi orang yang sukses kelak,” ungkapnya.

Mendengar itu, Ipuk menguatkan. “Tetaplah semangat ngih Bu. InsyaAllah anak-anak ibu bisa menggapai cita-citanya. Bapak Presiden melalui Sekolah Rakyat ini ingin semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh Pendidikan,” kata Ipuk menguatkan.

Puluhan orang tua lain juga menyimpan asa yang sama. Tutik (54), warga Songgon, tampak bersemangat ketika mengantar anaknya, Hidayatur Ramadan, yang kini duduk di kelas 2 SMA, untuk mulai bersekolah di Sekolah Rakyat.

“Perasaan saya senang sekali setelah tahu tempatnya nyaman. Daripada di rumah main terus, di sini anak saya lebih terarah. Hati saya juga lega, apalagi semuanya gratis,” tutur Tutik.

Sejak sembilan tahun lalu, Tutik harus berjuang seorang diri setelah suaminya meninggal dunia. Untuk menghidupi keluarga, ia berjualan es dan camilan di sekitar desanya. Meski penghasilan pas-pasan, semangatnya tak pernah surut demi masa depan anak-anaknya.

Semangat juga terpancar dari Yesi, siswi SMA asal Siliragung yang turut diajak berdialog langsung oleh Bupati Ipuk. Sebelumnya, ia sempat bersekolah di Tulungagung sebelum memutuskan pulang ke Banyuwangi untuk merawat neneknya yang sakit.

“Awalnya saya mau sekolah di SMK PGRI, lalu saya direkomendasikan oleh pendeta saya bahwa ada sekolah program presiden. Saya tertarik, karena memang kami kurang mampu akhirnya saya memutuskan untuk sekolah di sini,” kata Yesi.

Yesi bertekad akan bersungguh-sungguh belajar di Sekolah Rakyat. Ia ingin melanjutkan kuliah setelah lulus SMA dengan cita-cita menjadi seorang psikolog. Selain itu, ia juga mengasah keterampilan di bidang seni, terutama menyanyi dan menari.

Bupati Ipuk Fiestiandani mendoakan agar cita-cita Yesi dan para siswa lain dapat terwujud.

“Semoga apapun cinta cita kalian mudah-mudahan bisa diwujudkan. Belajarlah dengan sungguh-sungguh, jadikan Sekolah Rakyat ini jadi langkah awal untuk mewujudkan harapan apapun di masa depan,” kata Ipuk. (*)

SRMA 36 Bojonegoro, Model Pendidikan Asrama untuk Pemerataan Akses Belajar

Iki Radio - Kabupaten Bojonegoro menjadi salah satu dari 100 kabupaten/kota rintisan awal program Sekolah Rakyat. Sebanyak 100 peserta didik kini menjalani pendidikan berbasis asrama sebagai upaya pemerataan akses pendidikan di Indonesia.

Kebersamaan para siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 36 Bojonegoro menjadi contoh nyata bahwa menempuh pendidikan membutuhkan perjuangan, waktu, serta kedisiplinan yang tinggi demi meraih kesuksesan dan memutus rantai kemiskinan.

Kepala SRMA 36 Bojonegoro, Shobirin, menjelaskan bahwa dalam pengembangan media pembelajaran dan peningkatan kualitas pengajaran, pihak sekolah mengintegrasikan keterampilan lunak (soft skill) dan pemanfaatan teknologi secara seimbang.

“Seperti penggunaan teknologi digital dan keterampilan abad ke-21 melalui aplikasi pembelajaran interaktif, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), serta presentasi multimedia,” ujar Shobirindi Gedung Pusdiklat BKPP Bojonegoro.

Selain teknologi, pembelajaran di SRMA 36 juga diarahkan untuk memperkuat keterampilan lunak, seperti komunikasi, kerja sama, kreativitas, pemecahan masalah (problem solving), serta pengambilan keputusan.

Beberapa kegiatan favorit siswa mencakup aktivitas fisik seperti pelatihan olahraga dan ekstrakurikuler. Kegiatan berbasis teknologi digital pun diminati, seperti pembelajaran menggunakan gawai, pembuatan poster digital melalui Canva, serta kuis interaktif di platform pembelajaran.

“Kebersamaan di asrama seperti makan bersama, aktivitas mandiri, sesi berbagi, dan pembelajaran luar kelas sangat berkesan bagi para siswa,” lanjut Shobirin.

Lebih lanjut, ia menyebutkan beberapa strategi peningkatan standar akademik dan pembentukan budaya sekolah positif, baik dari sisi peserta didik maupun tenaga pengajar.

Strategi tersebut meliputi:

·         Melaksanakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa.

·         Meningkatkan kemampuan komunikasi guru.

·         Menggunakan media pembelajaran yang menarik dan inovatif untuk menumbuhkan minat belajar.

·         Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan.

·         Merancang program dan kegiatan pembiasaan guna meningkatkan kedisiplinan siswa.

“Harapan besar kami kepada pemerintah agar keberadaan SRMA 36 Bojonegoro terus mendapatkan dukungan, baik dari segi sarana prasarana, peningkatan kompetensi guru, maupun pembinaan peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Kami berharap program ini terus berlanjut sebagai wujud nyata dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,” pungkasnya.

 

Puluhan Siswa dari Berbagai Daerah di Indonesia Ikuti Olimpiade Matematika Gasing Nasional di Banyuwangi

Iki Radio - Kabupaten Banyuwangi menjadi tuan rumah Olimpiade Matematika Gasing Tingkat Nasional (OGN) Tahun 2025. Sebanyak 45 pelajar SD dari berbagai daerah di Indonesia berkompetisi menyelesaikan soal-soal matematika dengan metode Gasing yang dikembangkan oleh Prof. Yohanes Surya.

Olimpiade matematika gasing berlangsung empat hari (22-25 September 2025). Mereka berasal dari Jayapura, Bitung, Batanghari, Halmahera Tengah, Bangli, Humbang Hasundutan, Kediri, dan Bojonegoro. Banyuwangi sendiri menerjunkan 5 tim peserta yang sebelumnya telah melewati seleksi ketat di tingkat kabupaten.

Pembelajaran matematika metode Gasing (gampang, asik dan menyenangkan) dikembangkan Prof. Yohanes Surya, pembimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).

Prof Yohanes Surya menyampaikan, metode Gasing bukan sekadar belajar berhitung. Lebih dari itu, Gasing adalah sebuah gerakan untuk mengajarkan anak-anak untuk lebih percaya diri, mengasah logika, belajar disiplin dan menumbuhkan semangat pantang menyerah.

“Lewat Olimpiade Gasing ini, kita ingin membuktikan bahwa matematika bukanlah momok, melainkan sahabat yang tidak perlu ditakuti,” kata dia.

Sejak 2023 lalu, Pemkab Banyuwangi berupaya mencetak ribuan jagoan matematika yang berasal dari desa-desa di Banyuwangi dengan mengenalkan metode “Smart Gasing”. 

“Banyuwangi potensinya luar biasa. Anak-anaknya juga luar biasa, bahkan ada salah satu anak didik Banyuwangi hasil pembelajaran metode Smart Gasing berhasil meraih medali emas di ajang Internasional di Korea. Namanya Felicia Dahayu,” ungkap Prof. Yohanes.

Felicia berasal dari Dusun Krajan, Kecamatan Siliragung merupakan siswa SMP Lazuardi Tursina yang sempat bertemu dengan Elon Musk. Felicia hadir bersama pelajar dari Papua, Jose Nerotou. Dalam pertemuan tersebut, Elon Musk sempat memberikan tes kepada dua bocah tersebut.

Felicia juga didaulat berbagi pengetahuan matematika di Fakultas Teknik Universitas Cendrawasih.

"Setelah mengenal Gasing saya jadi cinta sama matematika. Dengan cara lama,  dulu saya merasa jenuh, tapi sekarang malah enjoy belajar matematika. Terima kasih Ibu Bupati telah memberikan kami kesempatan belajar Gasing bersama Prof. Yohanes," ujar peraih medali emas dalam lomba coding internasional yang digelar di Korea Selatan pada tahun 2024. 

Dalam olimpiade ini, ada lima ujian yang dipertandingkan. Yaitu, uji kemampuan numerasi; uji kreatif membuat alat peraga inovatif, berhitung sambil bermain. Peserta juga ditantang mengintegrasikan budaya lokal dalam pembelajaran matematika; uji berhitung cepat yang melatih cara berpikir cepat, tepat dan percaya diri.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan olimpiade tingkat nasional ini akan menjadi  inspirasi bagi anak Banyuwangi untuk menjadi siswa yang memiliki kompetensi unggul.

“Mereka bisa berkompetisi dengan banyak kontingen dari daerah lain. Semoga bisa saling memotivasi dan yang penting bisa saling mengenal dan saling sharing,” kata Ipuk.

Ipuk berharap ajang ini bisa dimanfaatkan para peserta dari Banyuwangi untuk memperluas jejaring. “Jangan hanya bertanding, tapi gunakan kesempatan ini untuk menambah relasi, yang nantinya bisa bermanfaat bagi kalian di kemudian hari,” pesan Ipuk. (*)

 

close
Pasang Iklan Disini