Iki Radio - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur, M Musyafak Rouf, memastikan anggaran perjalanan dinas luar negeri (PDLN) sebesar hampir Rp19 miliar dialihkan untuk kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat.
Kebijakan itu diambil setelah Presiden Prabowo
menerbitkan moratorium kunjungan luar negeri bagi pejabat pemerintah.
“Karena ada moratorium dari Presiden terkait kunjungan ke
luar negeri, maka kita menindaklanjuti instruksi itu. Tidak ada sama sekali
kunjungan ke luar negeri, dan kita kembalikan kepada OPD untuk dianggarkan bagi
kepentingan masyarakat,” ujar Musyafak usai rapat paripurna DPRD Jatim.
Menurutnya, kondisi perekonomian saat ini yang masih lesu
membuat pemerintah daerah perlu lebih peka dalam menyusun prioritas
anggaran.
“Ekonomi kurang bagus, banyak pengangguran, kaki lima
sepi, toko-toko juga sepi. Maka dari itu kami DPRD bersama eksekutif sepakat
men-takedown semua kunjungan luar negeri,” tegasnya.
Musyafak menambahkan, anggaran hasil pengalihan itu akan
dimasukkan dalam Perubahan APBD (P-APBD) 2025. “Yang semula dianggarkan
hampir 19 miliar, maka itu semua kita kembalikan untuk program kemasyarakatan
yang menyentuh langsung dan bisa dirasakan masyarakat,” katanya.
Ia juga mengingatkan para legislator untuk menjaga sikap
agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. “Teman-teman DPRD kita minta
untuk bisa menjaga diri, tidak memancing kecemburuan dan tidak menampilkan
flexing-flexing yang menyebabkan masyarakat marah dengan kondisi yang ada,”
imbuhnya.
Senada dengan itu, anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD
Jatim Yordan M. Batara Goa, S.T., M.Si. menegaskan, hasil pergeseran anggaran
tersebut difokuskan pada program yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat
kecil.
“Pergeseran anggaran yang kemarin kita bicarakan yaitu
tentang beasiswa untuk anak-anak desil 1 dan desil 2 yang memang kategori
miskin itu ditambah. Kemudian ada untuk seniman, kita alihkan untuk apresiasi
seniman,” jelas Yordan.
Selain itu, lanjut dia, anggaran juga dialokasikan untuk
pelatihan perangkat desa dalam menghadapi pengelolaan Koperasi Merah Putih,
pasar murah, serta bantuan sosial lain.
“Karena selain sangat menunjang kebutuhan masyarakat juga
efektif untuk mencegah inflasi. Kalau inflasi kan masyarakat juga yang akan
terdampak,” tambahnya.
Menurut Yordan, kebijakan ini merupakan bentuk
keberpihakan DPRD Jatim terhadap kebutuhan mendesak rakyat.
“Tidak hanya itu saja, tapi juga ada beberapa kegiatan
yang lebih efektif kalau dalam situasi sekarang ini kita alihkan dalam bentuk
yang bisa diterima rakyat secara langsung,” pungkasnya. (pca/s)