Iki Radio - Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT ke-80 PGRI di Kabupaten Maluku Tenggara tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga ruang bagi para pendidik untuk menyuarakan harapan serta tantangan yang mereka hadapi dalam menjalankan tugas di lapangan. Dua guru dari wilayah berbeda membagikan kisah perjuangan mereka mengajar di tengah keterbatasan sarana serta dinamika profesi.
![]() |
| Bupati Maluku Tenggara Menyerahkan Piagam kepada Kepala SMK Kasih Theresia Desa Bombay. |
Guru TK Angkasa Lanud Dumatubun Langgur, Marieta, mengisahkan bahwa lima tahun masa pengabdiannya dimulai dari panggilan hati. Ia menekuni profesi guru bukan karena imbalan, melainkan karena kecintaan ia dalam mendidik anak-anak usia dini.
“Menjadi guru bukan sekadar pekerjaan. Pekerjaan ini mengajarkan saya sabar, ikhlas, dan bertanggung jawab,” ujarnya di Stadion Maren, Kota Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara, Selasa (25/11/2025).
Di balik dedikasi tersebut, Marieta berharap pemerintah memberi perhatian lebih kepada guru honorer, terutama terkait kesejahteraan dan akses pengembangan kompetensi. Menurutnya, guru di wilayah timur Indonesia masih menghadapi minimnya fasilitas pendidikan serta terbatasnya kesempatan pelatihan.
“Saya terjun jadi guru tanpa memikirkan gaji, hanya karena suka anak-anak. Guru honorer perlu perhatian finansial, dan pelatihan dari pusat sangat membantu kami di wilayah timur,” ungkapnya.
Suara senada disampaikan Kepala SMK Kasih Theresia, Agrapina Sangur. Selama empat tahun mengabdi sebagai pendidik tanpa latar belakang pendidikan formal, ia tetap bersemangat mendampingi generasi muda.
Ia mengatakan profesi guru penuh dinamika karena harus menangani siswa dengan karakter dan latar belakang keluarga yang beragam “Saya tidak menyebut perbedaan anak sebagai masalah, itu keunikannya. Profesi guru menuntut kita terus belajar dan beradaptasi,” tuturnya.
Agrapina juga menyoroti kondisi sekolahnya yang hingga kini belum memiliki gedung sendiri. Keterbatasan sarana dan prasarana membuat guru kesulitan menyiapkan media pembelajaran yang efektif dan menarik.
“Sarana yang minim sangat menyulitkan guru membuat media belajar yang efektif. Kami berharap SMK Kasih Theresia bisa segera memiliki gedung sendiri dengan fasilitas yang memadai,” harapnya.















