Iki Radio - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro terus memantau pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di seluruh dapur Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG).
Langkah ini dilakukan untuk memastikan makanan yang disajikan terjaga kualitas, kebersihan, serta keberagaman menunya sesuai standar Badan Gizi Nasional (BGN).
![]() |
| Suasana dapur SPPG Deru, Kecamatan Sumberrrjo, Kabupaten Bojonegoro |
Salah satu dapur yang menjadi perhatian dalam pemantauan tersebut adalah SPPG Deru Kecamatan Sumberrejo, yang hingga kini aktif melayani ribuan penerima manfaat setiap hari.
Kepala SPPG Deru, Mukhozin Darmawan, menjelaskan bahwa total penerima manfaat di wilayahnya mencapai 3.676 orang, terdiri atas 3.356 siswa dan 320 kelompok B3 (ibu hamil, ibu menyusui, dan balita).
Penerima manfaat tersebut tersebar di enam desa, yaitu Deru, Ngampal, Sendangagung, Pekuwon, Kedungrejo, serta satu lembaga pendidikan Muhammadiyah Sumberrejo.
“Untuk pemilihan menunya ditentukan oleh ahli gizi yang berkoordinasi dengan chef dapur serta sepengetahuan kepala dapur dan Persagi Bojonegoro,” ujar Mukhozin.
Asisten Lapangan (Aslap) SPPG Deru, Dwi Pradani Putri, menuturkan bahwa setiap harinya terdapat sisa makanan dalam jumlah kecil bergantung pada menu yang disajikan. Namun, sebagian besar menu selalu habis dikonsumsi karena disukai penerima manfaat.
“Sisa makanan tidak menentu, tergantung menunya. Ada yang habis, ada yang tersisa sedikit. Namun lebih sering habis karena anak-anak sangat menyukai variasi menunya,” jelas Dwi.
Menurutnya, dapur SPPG juga menerima permintaan menu (menu request) dari penerima manfaat yang dikirim melalui media sosial atau surat kecil di wadah makan (ompreng).
“Permintaan paling banyak biasanya seperti mie ala gacoan, spaghetti, burger, nasi goreng, ayam geprek, dan dimsum. Namun setiap menu baru tetap dikonsultasikan dengan ahli gizi dan Persagi,” tambahnya.
SPPG Deru juga berkomitmen menjaga keamanan dan kualitas bahan makanan. Beberapa bahan seperti udang dan produk olahan beku (frozen food) dihindari karena berisiko menyebabkan alergi.
“Kami juga tidak menggunakan santan, melainkan menggantinya dengan kemiri sebagai alternatif bahan masakan yang lebih sehat,” terang Dwi.
Selain itu, menu telur orak-arik untuk sementara ditiadakan karena sulit memastikan porsi gizi yang seragam bagi setiap penerima manfaat.
Salah satu orang tua penerima manfaat, Nurul Qomariyatul Badriyah, mengungkapkan kepuasannya terhadap variasi menu MBG yang disajikan oleh Dapur SPPG Deru.
“Anak saya di PAUD KB Tapas Sahlaniyah Darusalam sangat suka menunya, terutama mie dengan dimsum dan ayam tepung. SPPG Deru juga aktif di media sosial, jadi kami para orang tua bisa tahu menu setiap harinya,” ungkap Nurul.
























